Menteri Pendidikan: Siswa SD Sudah Bisa Belajar Coding dan AI

CampusNet – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah alias Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyatakan, coding dan Artificial Intelligence (AI) akan masuk ke dalam kurikulum SD hingga SMP. Ai menjadi mata pelajaran pilihan, sehingga tidak semua siswa wajib belajar coding dan AI. Lebih lanjut Mu’ti menjelaskan bahwa, materi coding dan AI kemungkinan baru kepada para siswa kelas IV, V, VI SD atau sejak SMP.

“Tidak dari kelas 1 SD, karena sudah ada yang kritik saya, wong anak baca belum bisa kok suruh coding,” kata Mu’ti.

Mu’ti juga beranggapan bahwa, materi coding dan AI perlu agar para siswa di generasi sekarang siap menghadapi era digitalisasi dan mampu bersaing di pasar kerja global. “Pak Prabowo juga menekankan pentingnya digitalisasi dalam pendidikan tapi tidak sekadar itu coding dan AI menjadi bagian penting yang memungkinkan mereka lebih kreatif dalam belajar,” beber Mu’ti.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka mengusulkan agar mata pelajaran pemrograman atau coding agar masuk ke dalam kurikulum sekolah tingkat dasar dan menengah. Gibran mengatakan usulannya itu sudah ia sampaikan kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti.

Selain itu, Gibran juga mengatakan Indonesia perlu mencetak para anak-anak menjadi generasi emas sebagai modal menuju Indonesia emas 2045. Ia menginginkan agar putra-putri bangsa mampu mahir dalam hal pemrograman, kecerdasan buatan (AI) hingga machine learning.

Komentar Pengamat Pendidikan

Ternyata rencana belajar coding dan AI yang kepada siswa kelas 4 SD, mendapat saran dari pengamat pendidikan, sebagai pengamat Darmaningtyas meminta pemerintah tidak membebankan siswa jika ingin menerapkan pengajaran kecerdasan buatan (AI) dan coding mulai kelas 4 sekolah dasar (SD).

Tyas memahami pembelajaran soal teknologi termutakhir tak bisa terindarkan. Namun, ia berharap materi baru tidak menambah beban pelajaran siswa di kelas. “Yang paling penting itu tidak menambah jumlah pelajaran baru. Jadi bisa teriintegrasi dengan, misalnya, saya tidak tahu ya, yang tepat matematika atau fisika,” kata Tyas.

Tyas pun mengatakan, materi juga sebaiknya berfokus pada logika kerja AI dan coding. Dia menyarankan pembelajaran tak perlu rumit seperti di tingkat sarjana. Siswa akan mengenal dan menyukai dua teknologi itu. Hal itu bisa tercapai bila materi AI dan coding sesuai dengan tingkat pendidikan.

Catatan lain dari Tyas adalah materi AI dan coding tidak boleh wajib. Dia menilai hal itu menjadi penting mengingat kualitas pendidikan sekolah-sekolah Indonesia tak merata.

Artinya sekolah-sekolah yang mau, yang sudah siap, mau menerapkan, silakan. Tapi kalau belum, misalnya saudara-saudara kita yang di luar Jawa sana, yang jauh dari IT, masih banyak hambatan soal sinyal segala, itu tidak harus, dan tidak perlu pengujian. Itu yang paling penting. Karena begitu diujikan, nanti orientasinya mencapai nilai, tidak penguasaan materi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *