CampusNet – Waktu liburan bisa menjadi kesempatan healing, tapi pernah nggak sih jatuh dalam rasa bosan? Di kalangan mahasiswa, saat ada gelombang informasi terkini, jari pasti tergoda untuk menanggapi berbagai isu di masyarakat di kolom komentar di media sosial, apalagi mahasiswa. Tapi, apakah opini yang diutarakan saat komentar, sudah mengembangkan argumentasi yang logis dan kritis. Ada beberapa platform menulis yang layak dicoba untuk mengisi waktu liburan.
Bagi yang pertama kali terjun ke dunia kepenulisan, tulisan yang diunggah pada platform-platform ini tidak melewati editing yang sulit atau bahkan tidak ada. Selagi masih karya sendiri dan bukan plagiasi, masih diterima. Cocok untuk kamu, mahasiswa yang masih belajar menulis:
1. Medium
Platform penulisan daring ini dirilis 15 Agustus 2012 oleh Evan Williams, Co-Founder Twitter. Rilisnya platform ini dilatarbelakangi kerisauan Evan terhadap rendahnya kualitas informasi di media sosial. Menurut tradepressservice.com, ruang publikasi ini digunakan 100 juta pengguna pada 2024. Untuk memperoleh penghasilan dari tulisan yang diunggah, pengguna perlu menjadi member.
Platform ini cocok untuk kamu yang:
· Punya pemikiran independen;
· Senang analisis isu-isu bersifat akademis;
· Suka menulis teks panjang;
· Menuangkan makna atas peristiwa, bukan sekadar data dan fakta;
· Bingung publikasi karya-karya ciptaan sendiri, karena ada fitur khusus untuk publikasi.
Tapi, platform ini kurang cocok buat kamu yang:
· Lebih suka membuat tulisan dengan desain yang autentik, unik, atau kompleks;
· Ingin mendapat penghasilan lumayan dari tulisan karena terbatasnya pemasangan iklan;
· Mau terlihat eksis dan unik karena fitur desain pada platform ini sederhana dan terbatas;
· Ingin tulisannya dapat masukan dan perlu di-edit, karena tidak ada tahapan editing oleh editor dari Medium. Kamu perlu teliti dalam menyunting setiap naskah.
2. Kompasiana
Platform blog dengan slogan “Beyond Blogging” (arti: lebih dari sekedar blog) sejak 22 Oktober 2008 oleh PT Kompas Cyber Media. Blog ini awalnya menjadi ruang jejaring antarkaryawan dan jurnalis Kompas Gramedia, namun saat ini menjadi ruang bagi publik untuk menggagas opini melalui menulis. Menurut statistik Kompasiana, ada sekitar 5,2 juta Kompiasaner (sebutan pemilik akun Kompasiana).
Platform ini cocok untuk kamu yang:
· Mau belajar jadi citizen journalism (jurnalisme warga);
· Menulis dengan tema atau topik yang beragam;
· Tulisan berpotensi dilihat jutaan pengguna lain secara langsung daripada membuat blog pribadi;
· Ingin bergabung dengan komunitas kepenulisan.
Tapi, platform ini kurang cocok buat kamu yang:
· Menulis dengan isi yang terlalu sensitif, karena bisa dihapus pihak Kompasiana;
· Ingin branding dengan tata letak atau desain menarik, karena dua hal itu masih sama;
· Dapat penghasilan dengan menulis. Meski ada program K-Rewards, penulis harus berusaha memperhatikan kualitas dan konsistensi;
· Nggak suka bersaing dengan penulis lain.
3. Jotterpad
JotterPad merupakan platform penulisan kreatif yang dikembangkan oleh Two App Studio Pte. Ltd. dari Singapura, didirikan pada 2 Februari 2016 oleh Yap Wei Yao. Aplikasi ini dibuat agar pengguna bisa menulis karangan seperti novel, skenario, puisi, dan blog. JotterPad telah diunduh lebih dari tiga juta kali. Penggunanya tersebar di Asia Tenggara, Asia Timur, serta pasar global lainnya.
Platform ini cocok untuk kamu yang:
· Mau menulis kumpulan idenya aja sampai draftnya;
· Malas buka kamus bahasa Indonesia saat mengerjakan naskah karena ada kamus dan tesaurus;
· Suka edit tampilan aplikasi, dari tema sampai font, supaya tidak boring.
Tapi, platform ini kurang cocok buat kamu yang:
· Ingin satu aplikasi gratis lengkap dengan semua fitur, karena ada beberapa fitur yang perlu diakses secara premium;
· Ingin berkolaborasi sama penulis lain, karena memang aplikasi ini sangat disarankan untuk fokus pada tulisan tanpa membangun jejaring.
4. Netralnews.com
Netralnews.com didirikan pada 1 Februari 2016 oleh PT Netral Kontinental Media.
Media ini menyajikan berita dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin.
Penulis aktifnya mencakup jurnalis, mahasiswa, pendidik, dan profesional lintas bidang.
Demografi penulis didominasi generasi muda dan profesional dari berbagai latar belakang.
Topik yang diangkat beragam: sejarah, budaya, pendidikan, agama, hingga teknologi.
Platform ini cocok untuk kamu yang:
· Mulai mencari honor kecil-kecilan dari menulis, namun tergantung dari jumlah pembaca;
· Menulis dengan topik bebas, karena ada rubrik yang bisa dipilih;
· Mau ada editor supaya tahu lulus editing atau tidak;
· Belajar jurnalisme warga.
Tapi, platform ini kurang cocok buat kamu yang:
· Mau jadikan menulis sebagai pekerjaan utama, kecuali kalau niat banget;
· Nggak perlu ada penyuntingan naskah;
· Takut menyebarkan fakta yang belum tentu benar, karena editor menyunting dari segi kebahasaan saja.
5. Penzu
Penzu didirikan pada Mei 2008 oleh Alexander Mimran, Michael Lawlor, dan Simon Wilkinson.
Platform ini menyediakan jurnal online pribadi dengan fitur gratis dan versi Pro berbayar.
Penggunanya lebih dari 1 juta orang dari 170 negara, dominan di AS, India, dan Inggris.
Mayoritas pengguna adalah individu—pelajar, profesional, hingga penulis pribadi.
Demografi penulis luas, dari remaja hingga dewasa, dengan fokus pada privasi dan refleksi pribadi.
Platform ini cocok untuk kamu yang:
· Suka menulis jurnal harian dengan kreasi unik;
· Nggak suka langsung eksekusi tulisan jadi, lebih baik menyusun sinopsisnya;
· Belum mau mempublikasikan tulisan, tapi tetap mau menulis.
Tapi, platform ini kurang cocok buat kamu yang:
· Tulisannya mau tembus dan dilihat banyak orang;
· Idenya cepat jadi langsung tulis dan publish segera.
Itulah beberapa platform yang bisa menjadi ruang untuk mahasiswa mengekspresikan selama libur kuliah meallui tulisan. Selamat mencoba.
Baca juga: Platform Efektif untuk Selesaikan Tugas Cepat! Coba 7 Ini!