Senioritas dalam Pendidikan, Disiplin atau Bullying?

CampusNet – Senioritas seolah-olah telah menjadi bagian dari budaya pendidikan Indonesia. Dari MPLS, Ospek, bahkan eskul, hal itu selalu ada. Namun, apakah kebiasaan ini termasuk adab atau bentuk perundungan masih diperdebatkan. Tidak hanya itu, ada juga pertanyaan apakah metode ini masih relevan atau tidak.

Definisi Senioritas

Menurut KBBI, senioritas adalah keadaan yang menandakan seseorang lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia, atau menunjukkan prioritas status yang didapatkan dari umur atau berapa lama seseorang bekerja. Lohy and Pribadi (2021) mengatakan bahwa di Indonesia, senioritas tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. 

Di Indonesia ada budaya menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Senior memanfaatkan ketimpangan yang ada dari budaya ini untuk merundung para junior mereka. Bahkan, sudah banyak kasus senioritas di Indonesia yang memakan korban jiwa

Kenapa Bisa Terjadi

Siklus Balas Dendam

Budaya senioritas dalam lembaga pendidikan sudah mengakar sejak lama. Mereka mempermalukan junior melalui MOS atau membungkus perundungan dengan kata disiplin. Ini menyebabkan keinginan balas dendam yang kuat.

Para senior sebelumnya merundung senior tersebut saat dia masih anak baru. Maka saat dia sudah mendapatkan gelar senior dia membalas dendam ke pihak yang lebih lemah.

Namun, jika kita tidak menghentikan keinginan untuk balas dendam, siklusnya akan terus berulang dan menjadi budaya.

Solidaritas Negatif

Solidaritas terbentuk atas perasaan senasib, perundungan saat MOS bisa menjadi salah satunya. Jika para senior solid dalam merundung, para junior solid sebagai korban. Namun, jika pola pikir dari mayoritas anggota kelompok menolak memutuskan rantai perpeloncoan, penyalahgunaan wewenang akan kembali terjadi.

Perubahan sifat karena Tekanan

Tekanan di bawah para senior dapat mengubah sifat seseorang. Seringkali para senior menjustifikasi perbuatan mereka dengan alasan memperkuat mental. Pada nyatanya, setiap orang berbeda. Ada yang menjadi keras dan kuat karena tekanan. Namun, tidak sedikit yang hancur dan mengalami trauma selama bertahun-tahun.

Pro dan Kontra

Dasar dari senioritas selain budaya adalah kepercayaan bahwa semakin tua atau lama seseorang menekuni suatu bidang, mereka memiliki pengetahuan yang lebih luas. Para senior dianggap lebih superior karena pengalaman hidup mereka yang lebih banyak, yang dianggap bijak.

Pengalaman dan konsistensi memang mengasah keahlian. Oleh karena itu, yang lebih tua dapat membantu yang lebih muda belajar dan berkembang jika mereka menerapkan budaya senioritas dengan baik.

Akan tetapi, umur tidak menjamin kecerdasan. Budaya senioritas cenderung menggunakan pengalaman pribadi sebagai landasan untuk norma sosial. Namun, fakta tentu saja lebih kuat dari pengalaman pribadi. Fakta bersifat objektif,dan telah terbukti secara ilmiah. Pengalaman bersifat subjektif dan disertai bias pribadi.

Maka, senioritas sendiri bergantung pada konteks dan penerapannya. Senioritas dengan rasa hormat yang mutual serta ketentuan yang adil dapat menguntungkan kedua pihak. Sedangkan senioritas yang timpang dan merugikan satu pihak tentu saja menyebabkan berbagai kasus bullying dan isu kesehatan mental di dunia pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner TikTok