CampusNet – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) secara resmi menyatakan penarikan diri dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Kerakyatan. Keputusan ini diumumkan usai pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI Kerakyatan yang digelar pada 13–19 Juli 2025 di Padang, Sumatera Barat.
Melalui siaran pers resmi yang dirilis pada 19 Juli 2025, Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menegaskan bahwa keputusan ini diambil dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab moral demi menjaga integritas gerakan mahasiswa.
Alasan Penarikan Diri BEM KM UGM dari BEM SI Kerakyatan
Berikut adalah poin-poin utama yang menjadi landasan keputusan BEM KM UGM:
1. Bukan Ajang Berebut Jabatan
BEM KM UGM menegaskan bahwa sejak awal tidak memiliki ambisi untuk memperebutkan posisi struktural dalam aliansi. Kehadiran mereka murni untuk membangun gerakan kolektif, namun forum Munas justru dipenuhi manuver politik yang dinilai tidak sehat.
2. Hilangnya Ruh Intelektual Gerakan
Alih-alih menjadi ruang perjuangan rakyat yang sarat nilai intelektual, forum Munas berubah menjadi ajang konflik yang menjauh dari esensi gerakan mahasiswa.
3. Kehadiran Elite Politik dan Aparat
Dalam siaran persnya, BEM KM UGM menyesalkan kehadiran tokoh-tokoh politik seperti Ketum Partai Perindo, Menpora, Wagub Sumbar, Kapolda, hingga Kepala BIN Daerah Sumbar dalam acara tersebut. Ini dinilai mencederai independensi gerakan mahasiswa.
4. Karangan Bunga dari Kepala BIN
Ditemukannya karangan bunga bertuliskan ucapan dari Kepala BIN Sumbar di area forum dinilai sebagai simbol mengkhawatirkan tentang kedekatan gerakan mahasiswa dengan kekuasaan.
5. Terjadinya Kekerasan Fisik
Munas XVIII bahkan diwarnai insiden kekerasan antar peserta. Dua mahasiswa dilaporkan terluka akibat konflik internal yang dipicu oleh pertikaian perebutan posisi.
6. Gerakan yang Kehilangan Substansi
Menurut BEM KM UGM, konflik yang terjadi bukan soal perbedaan ideologi, melainkan soal jabatan semu. Ini menunjukkan adanya kemunduran dalam arah gerakan.
7. Puncak Gunung Es
Pihak BEM KM UGM menyebutkan bahwa apa yang mereka sampaikan hanya sebagian kecil dari berbagai masalah yang terjadi di lapangan.
8. Penarikan Diri Sehari Sebelum Penutupan
BEM KM UGM secara resmi keluar dari forum pada 18 Juli 2025, sehari sebelum Munas ditutup.
9. Komitmen Bersama Rakyat
BEM KM UGM menegaskan tidak akan bergabung dengan aliansi nasional manapun yang tunduk pada kepentingan elite. Mereka memilih untuk tetap berjalan bersama rakyat, bukan kekuasaan.
Seruan untuk Refleksi Gerakan Mahasiswa
Siaran pers tersebut juga mengajak seluruh elemen gerakan mahasiswa di Indonesia untuk melakukan refleksi mendalam:
“Apakah kita masih bergerak karena rakyat, atau karena hasrat kuasa?”
BEM KM UGM menutup pernyataannya dengan kutipan falsafah Jawa, “aja adigang, adigung, adiguna,” sebagai pengingat bahwa kekuatan, kekuasaan, dan kepintaran bukanlah alasan untuk menindas.