CampusNet – Akhir Juni 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan “From loneliness to social connection: charting a path to healthier” yang menyebutkan, 17,4 persen orang dengan dewasa muda (18-29 tahun) di dunia mengalami kesepian. Selain itu, Asia Tenggara menjadi wilayah dengan tingkat kesepian tertinggi sebesar 18,3 persen setelah Afrika (24,3%) dan Timur Tengah (21%).
Temuan ini catatan bagi orang muda untuk mengenal dampak dan bagaimana mahasiswa perlu memerhatikan fenomena ini karena bisa berujung pada depresi, kecemasan, dan bunuh diri. Perkembangan teknologi dan sekularisasi hanya dua faktor yang berkaitan dengan faktor-faktor lain. Memperkencang relasi sosial melalui persahabatan di lingkungan masyarakat dan komunikasi di keluarga menjadi solusi utama.
Namun, bagaimana bila membangun koneksi sosial nyata yang bermakna menjadi tantangan selanjutnya dalam mengatasi kesepian? Menurut Jeremy Nobel (2018), seorang praktisi kesehatan masyarakat dan pengajar di Harvard Medical School, seseorang akan lebih baik dan sehat bila menulis isi hati dan pikirannya. Menulis bisa mengurangi beban kesepian karena melalui kata, ada kisah hidup membentuk kisah hidup mereka.
Nah, bagaimana sih caranya agar bisa lepas dari kesepian dengan menulis jurnal harian? Dengan tantangan terkini, membuat daily journal menjadi menantang atensi dan kontinuitas bagi setiap pribadi yang baru sampai yang sudah terbiasa. Tenang, ada beberapa resep sederhana menuangkan pengalaman dalam kata melalui catatan harian Soe Hok Gie dalam buku Catatan Seorang Demonstran (2011).
Buat mahasiswa, ada beberapa tips untuk jadi modal dalam menulis jurnal harian:
Ekspresikan detail pengalaman yang penting dan perasaan terkait kehidupan studi
Catatan harian tanggal 4 Maret 1957, Soe menuliskan, “Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Ulangan Ilmu Bumi 8 tapi dikurangi 3 jadi tinggal 5. […] Aku percaya bahwa setidaknya aku yang terpandai dalam Ilmu Bumi dari seluruh kelas. […] Kertasnya aku buang. Biar aku dihukum, aku tak pernah jatuh dalam ulangan.”
Soe menuliskan setidaknya kekesalan dan akis pelampiasan rasa terhadap hasil belajar yang diterima. Meski di bagian akhir terkesan sombong, barangkali itu adalah caranya tetap percaya pada kemampuannya meski menerima tekanan.
Rekomendasi: studi bisa menimbulkan penolakan dan kekesalan. Ekspresikanlah berbagai bentuk tekanan itu melalui cerita yang detail dan penuh perasaan.
Ceritakan tentang memori dan kekhawatiran di masa depan
Catatan harian tanggal 5 Agustus 1961, Soe menuliskan, “Sekolah SMA baru saja selesai. Semua kenang-kenangan (yang manis) terbayang kembali. Dan aku sadar bahwa semuanya akan dan harus berlalu. […] Aku seolah-olah takut menghadapi ke muka dan berhadapan dengan masa kini dan masa lampau terasa nikmatnya. Tetapi aku punya kesadaran yang teguh bahwa let the dead be dead (yang mati biarlah mati).”
Soe mengungkapkan rasa rindu saat masa belajar dan masa depan yang dilihatnya secara cemas. Meski seperti menyimpulkan semuanya dalam rasa, Soe menawarkan prinsip dalam merelakan memorinya.
Rekomendasi: memori yang menyisakan rasa tertentu dan kecemasan bisa dituliskan secara jujur. Tuliskan prinsip atau nilai yang membuat memori dan kecemasan direlakan untuk mengembangkan kepercayaan diri.
Gambarkan keseharian yang membosankan
“Kehidupan rasanya membosankan sekali, mengurus administrasi pendidikan, soal-soal kecil di FSUI, terlibat dengan persoalan-persoalan dengan Maria, keluyuran mengurus RUI, mengurus grup diskusi dan lain-lainnya. Bulan-bulan lalu skripsi menjadi tujuan. Sekarang rasanya tidak ada lagi. Saya ingin gaya hidup yang lain,” tulis Soe dalam catatan harian pada Jumat 20 Juni 1969 […].
Soe merasakan rutinitas yang dinamis namun membosankan selama menjadi mahasiswa. Itu semua membawanya pada angan-angan atau dambaan untuk hidup dengan cara yang berbeda. Ia menuliskannya secara detail pada kalimat-kalimat selanjutnya.
Rekomendasi: keseharian tidak selalu menarik. Ada rasa jenuh saat menghadapinya. Tuliskanlah kejenuhan itu dengan deskripsi dan gambarkan hidup seperti apa yang bisa mengatasi kejenuhan itu.
Deskripsikan suasana di sekitar
“Di Cikembang, saya tertidur dengan belaian angin laut dan irama alam ini. Dan saya terbangun ketika matahari panas membakar pipiku. Benar-benar kissed by the sun dan touched by the sea,” tulis Soe pada Selasa, 5 November 1968.
Soe menulis itu saat berada di Amerika Serikat. Ia mengingat dan menuliskan suasana di suatu tempat secara eksplisit. Tak hanya suasana, namun dampak dari suasana itu terhadap dirinya.
Rekomendasi: situasi di sekitar bisa memberi warna tersendiri. Kepekaan untuk menangkap percikan-percikan sensasi itu mengoneksikan rasa inderawi dengan kesadaran. Tuliskan kondisi sekitar yang bisa dirasakan secara kuat oleh panca indera.
Ceritakan pengalaman bersama seseorang dan rasakan perbedaannya dengan diri sendiri
Aktivis tahun ’60-an ini menulis pada Selasa, 31 Desember 1962, “Pertama hubunganku yang erat dengan Ong Hok Ham. Ia adalah seorang yang mengagumi nilai-nilai pandangan tradisional. Sedang aku sebaiknya hanya dapat melihat aspek-aspek negatif daripadanya. Dua pandangan yang berbeda ini selalu membuat kami berdebat lama sekali.”
Soe merasakan sikap dan pandangan yang dimiliki temannya. Dengan memahami temannya, ia bisa memahami karakter dirinya sendiri. Perbedaan pandangan membuat mereka memiliki dinamika tertentu.
Rekomendasi: setiap orang memiliki sikap dan pandangannya terhadap dunia. Dengan mengenal orang lain, bisa mendorong pengenalan terhadap diri sendiri. Bandingkan orang lain yang dijumpai dengan diri sendiri, namun bukan untuk pembuktian diri, melainkan melihat secara cermat perbedaan pandangan masing-masing terhadap sesuatu.
Kesimpulan
Menurut Jeremy Nobe, menulis secara ekspresif merupakan intervensi terhadap kesepian dan ketika membagikan tulisan dengan orang lain, maka mampu menguatkan relasi dengannya. Menulis jurnal harian sesuai untuk mereka dengan potensi kesepian paling besar, seperti orang dengan dewasa muda.
Rekomendasi di atas adalah tawaran untuk memulai maupun menjaga relasi dengan sesama. Koneksi sosial minim makna menjadikan setiap relasi terasa hampa dan menciptakan keterasingan. Memadatkan tinta dalam kata di selembaran kertas maupun mengetik dalam gawai adalah upaya natural menjaga keseimbangan rasa dan pikiran.
Baca juga: Mau Nulis Jurnal Harian? Berikut Panduan yang Mendukung Kamu


