CampusNet – Sebagai pelajar atau mahasiswa, kamu mungkin sering merasa sekolah lebih berfokus pada nilai daripada proses belajar. Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa sistem ini terus bertahan? Sejak masa Revolusi Industri, sistem pendidikan memang sudah menggunakan nilai sebagai alat ukur praktis, bukan sebagai instrumen untuk mengukur pemahaman mendalam. Sistem ini bertahan karena alasan efisiensi, tekanan administratif, dan budaya yang mengutamakan peringkat. Hal ini seringkali mengorbankan pengalaman belajar yang sesungguhnya.
Alasan Sekolah Lebih Fokus pada Nilai
Ada beberapa alasan mendalam yang menjelaskan mengapa sekolah lebih fokus nilai daripada proses belajar. Kita akan mengulasnya satu per satu.
1. Nilai Mempermudah Administrasi
Nilai sangat penting bagi sekolah dan universitas karena mereka menggunakannya untuk memberi peringkat siswa, menyeleksi calon mahasiswa baru, dan mendistribusikan beasiswa. Sistem pendidikan menciptakan standar yang “mudah diukur.” Nilai A, B, atau C menjadi penanda yang sederhana dan seragam. Sayangnya, sistem ini seringkali lebih mementingkan hasil akhir daripada pemahaman siswa.
2. Motivasi Ekstrinsik Menggeser Motivasi Intrinsik
Penelitian psikologi dalam Self-Determination Theory menunjukkan bahwa motivasi eksternal, seperti nilai, bisa menurunkan motivasi internal siswa. Ketika kamu hanya belajar demi nilai, kamu akan kehilangan ketertarikan pada materi, kreativitasmu terhambat, dan kamu cenderung menghindari tantangan. Sebaliknya, ketika kamu fokus nilai daripada proses belajar, motivasi belajarmu menjadi dangkal.
3. Nilai Mendorong Pembelajaran Dangkal
Sistem nilai sering mendorong pelajar untuk menghafal materi atau menghapal pola soal yang sering keluar saat ujian. Mereka tidak fokus memahami konsep dasar. Akibatnya, kamu hanya belajar di permukaan saja, dan ini menciptakan jurang konseptual ketika kamu harus belajar topik yang lebih kompleks di masa depan.
4. Dampak Psikologis yang Mengkhawatirkan
Ketika nilai menjadi fokus utama, hal itu menciptakan persaingan yang intens di antara para siswa. Hal ini memengaruhi harga diri, menimbulkan kecemasan, bahkan stres ekstrem. Para siswa saling membandingkan, menghindari risiko belajar, dan merasa gagal saat mendapatkan nilai rendah. Jelas, ini bukan cara yang sehat untuk belajar.
Mengapa Sistem Ini Masih Bertahan?
Meskipun memiliki banyak kelemahan, sistem ini masih bertahan karena beberapa alasan.
- Nilai memfasilitasi penilaian yang cepat, pencatatan yang mudah, dan standardisasi. Mengubah sistem menjadi lebih berorientasi proses membutuhkan lebih banyak waktu, pelatihan guru, dan pendanaan.
- Orang tua, universitas, dan pemerintah melihat nilai sebagai indikator keberhasilan. Tanpa nilai, sulit membandingkan sekolah atau memprediksi prospek siswa.
- Banyak negara masih mengandalkan tes besar yang menuntut siswa untuk “mengajar sesuai ujian.” Ini membuat sekolah lebih fokus pada cara mengerjakan soal, bukan pemahaman substansial.
Alternatif Solusi untuk Perubahan
Meskipun sistem nilai dominan, beberapa alternatif bisa kita coba.
- Penilaian formatif dan umpan balik naratif. Guru memberikan komentar yang membimbing siswa memperbaiki proses belajar mereka, membangun motivasi intrinsik dan pemahaman yang lebih dalam.
- Pembelajaran berbasis penguasaan. Sistem ini berfokus pada penguasaan kompetensi alih-alih angka. Pendekatan ini bisa mencegah celah belajar dan menciptakan pengalaman belajar yang inklusif.
- Evaluasi diri dan refleksi. Siswa merefleksikan proses belajar mereka sendiri, memupuk metakognisi dan pertumbuhan pribadi.
- Kurikulum progresif. Sekolah mengadopsi proyek berbasis pengalaman, tematik, dan kolaboratif. Ini mengatasi kekakuan silabus ujian dan membuat proses belajar lebih relevan.
Kesimpulan
Sekolah cenderung fokus nilai daripada proses belajar karena nilai merupakan alat ukur administratif yang paling sederhana. Pendekatan ini mengorbankan proses belajar sejati, menurunkan minat intrinsik siswa, dan memicu pembelajaran dangkal. Untuk memperbaiki hal ini, kita harus beralih menuju evaluasi formatif, sistem berbasis penguasaan, dan pendidikan yang memperhatikan proses serta refleksi. Fokus nilai daripada proses belajar adalah tantangan besar yang membutuhkan perubahan menyeluruh. Kamu bisa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang studi pendidikan atau contoh-contoh reformasi di beberapa situs terpercaya, seperti Teachers Guide atau lain-lain, yang banyak membahas isu ini.
Baca juga: Memahami Beragam Gaya Belajar: Kunci Sukses dalam Proses Pembelajaran