Nongkrong sebagai Aktualisasi Diri

CampusNet – Mahasiswa kerap menemukan ruang aktualisasi diri ketika nongkrong bersama sahabat. Aktivitas itu bukan sekadar melepas lelah, melainkan juga medium ekspresi, membangun jati diri, dan menyalami kreativitas. Namun, jika mahasiswa tidak mengelola waktu dengan disiplin, aktivitas nongkrong bisa menyita energi dan fokus—hingga memperlemah performa akademik. Karena itu, mahasiswa sebaiknya merancang cara supaya dapat menikmati nongkrong sekaligus menjaga produktivitas kuliah.

Mahasiswa nongkrong di kafe untuk berkumpul, berfoto, atau mengunggah momen di media sosial sebagai upaya memperoleh perhatian dan self-esteem melalui “like” atau komentar—sesuatu yang menurut mereka memenuhi kebutuhan aktualisasi diri berdasarkan hierarki Maslow.

Aktivitas menjadi praktik bersosialisasi yang menciptakan relasi, mengasah keterampilan komunikasi, serta menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk menemukan identitas diri. Di sisi lain, analisis dari dokumen penelitian mengungkap bahwa tempat nongkrong seperti coffee shop menjadi simbol gaya hidup modern sekaligus bentuk prestise sosial dan representasi status diri—apabila tidak dikendalikan, aktivitas ini dapat mendorong perilaku konsumtif dan konformitas berlebihan.

Dimensi Sosial dan Dinamika Nongkrong

Dalam ruang publik seperti kafe atau taman kampus, mahasiswa nongkrong sambil membicarakan tugas, berdiskusi ide kreatif, serta merefleksikan pemikiran mereka. Aktivitas seperti ini memfasilitasi pertemanan dan kepercayaan diri, serta membentuk jejaring sosial yang kuat—namun, jika berlangsung tanpa aturan waktu, nongkrong mudah jadi jalan tertularnya perilaku kurang produktif.

Oleh karena itu, mahasiswa perlu menetapkan batas waktu—misalnya, menentukan waktu mulai dan selesai. Lalu menyiapkan agenda belajar setelahnya. Dengan demikian, mereka tetap memperkuat relasi dan ekspresi diri tanpa kehilangan kendali atas waktu akademik.

Untuk menjadikan nongkrong lebih bermakna, mahasiswa aktif mengatur skala prioritas harian. Caranya bisa dengan mencatat jadwal kuliah dan tugas, mengaktifkan alarm pengingat, lalu membagi blok waktu dengan studi. Mahasiswa bisa membatasi durasi, memilih tempat yang nyaman sekaligus kondusif untuk diskusi akademik, dan memastikan bahwa waktu pertemuan tidak mengganggu deadline atau persiapan ujian. Dengan menerapkan disiplin pribadi, mahasiswa memanfaatkan momen itu sebagai titik recharge sekaligus ruang belajar informal yang produktif.

Pada akhirnya, nongkrong tetap memiliki nilai besar bagi mahasiswa sebagai sarana aktualisasi diri, refleksi sosial, dan ruang kreativitas—selama waktu diatur dengan bijak. Dengan memadukan kebersamaan dan tanggung jawab akademik, mahasiswa bakal tetap berkembang, menjaga integritas studi, dan tetap menikmati momen kebersamaan tanpa membiarkan waktu terbuang sia-sia.

Baca juga: Jadi Mahasiswa Aktif? Ini Manfaatnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *