CampusNet – Fenomena mahasiswa menambah pengangguran semakin sering muncul dalam diskusi publik di Indonesia. Setiap tahun, jumlah sarjana terus bertambah, tetapi lapangan kerja tidak berkembang secepat angka kelulusan. Kondisi ini menimbulkan paradoks: pendidikan tinggi diharapkan membuka peluang, tetapi justru ikut menambah angka pengangguran terdidik.
Fakta Jumlah Pengangguran Terdidik
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat lebih dari 7,8 juta orang di Indonesia berstatus pengangguran. Dari angka tersebut, sekitar 13 persen merupakan lulusan perguruan tinggi. Artinya, jutaan sarjana masih mencari pekerjaan meski sudah menempuh pendidikan tinggi. Fenomena ini memperlihatkan ketidakseimbangan antara sistem pendidikan tinggi dan kebutuhan tenaga kerja.
Survei juga menunjukkan banyak mahasiswa memilih jurusan tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar. Jurusan dengan jumlah lulusan berlebih akhirnya mempersulit pencarian kerja, sedangkan beberapa sektor industri justru kekurangan tenaga ahli.
Ketidaksesuaian Keterampilan dengan Dunia Kerja
Fakta lain membuktikan bahwa mahasiswa menambah pengangguran karena keterampilan mereka tidak sesuai kebutuhan industri. Banyak perusahaan menilai lulusan baru belum siap kerja, terutama dalam hal komunikasi, pemecahan masalah, dan literasi digital.
BPS melaporkan 6 dari 10 perusahaan di Indonesia kesulitan menemukan kandidat dengan keterampilan yang relevan. Hal ini menunjukkan pendidikan tinggi masih perlu memperkuat soft skill dan praktik lapangan agar lulusan lebih siap menghadapi dunia kerja.
Budaya Menunggu Pekerjaan Ideal
Banyak mahasiswa masih menargetkan pekerjaan bergengsi seperti PNS atau posisi di perusahaan besar. Orientasi ini membuat mereka mengabaikan peluang di sektor lain, termasuk UMKM dan industri kreatif. Akibatnya, proses pencarian kerja semakin lama dan angka pengangguran ikut meningkat.
Minimnya Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa
Hanya 3,5 persen lulusan perguruan tinggi yang memilih jalur wirausaha menurut data BPS. Jumlah tersebut sangat kecil dibanding potensi yang ada. Padahal, jika lebih banyak mahasiswa berani membangun usaha, angka pengangguran bisa turun signifikan. Faktor modal, keterbatasan pelatihan, dan kurangnya dukungan kampus masih menjadi penghalang utama lahirnya mahasiswa job creator.
Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa fenomena mahasiswa menambah pengangguran bukan semata soal lapangan kerja yang terbatas, tetapi juga terkait pilihan jurusan, kesiapan keterampilan, dan pola pikir mahasiswa. Perguruan tinggi perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri, memperkuat soft skill, serta membangun ekosistem kewirausahaan agar lulusan tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja.
Apakah mahasiswa akan terus menambah angka pengangguran, atau justru hadir sebagai solusi dengan menciptakan pekerjaan baru? Jawabannya bergantung pada keberanian generasi muda hari ini.
Daftar Pustaka:
- Antara News. (2025). Indonesia bridges education-job gap to lower unemployment. Link
- Dompet Dhuafa. (2025). Joblessness in Indonesia: This is the cause and how to overcome unemployment. Link
- VOI. (2025). Unemployment among university graduates in Indonesia. Link
Baca Juga: Pengangguran di Dunia Pendidikan