CampusNet – Kabar duka datang dari Wina, Austria. Seorang mahasiswa Indonesia bernama Athaya Helmi Nasution (18) yang merupakan anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Groningen, Belanda, dikabarkan meninggal dunia pada Rabu, 27 Agustus 2025. Athaya diketahui bertugas sebagai pemandu bagi rombongan pejabat Indonesia yang terdiri dari anggota DPR RI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia dalam rangkaian kunjungan kerja yang berlangsung pada 25 hingga 27 Agustus 2025.
Hasil Otopsi Ungkap Penyebab Kematian Athaya
Menurut pernyataan resmi PPI Belanda, hasil otopsi menunjukkan bahwa Athaya mengalami kekurangan cairan, asupan nutrisi yang tidak memadai, serta kelelahan berat. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan hypoglycemia yang akhirnya memicu stroke. Semua itu dialami Athaya setelah seharian penuh bertugas mendampingi pejabat negara dalam agenda resmi di Austria.
EO dan Pejabat Publik Dinilai Abai
Tragedi ini menimbulkan sorotan tajam terhadap pihak penyelenggara acara. Setelah Athaya dinyatakan meninggal, event organizer (EO) yang bertanggung jawab atas kunjungan tersebut justru tetap melanjutkan rangkaian acara dan sibuk mengatur jadwal makan bersama pejabat publik. Tidak ada permintaan maaf ataupun bentuk pertanggungjawaban kepada keluarga Athaya yang datang langsung ke Wina untuk mengurus jenazah. Lebih jauh lagi, tidak ada upaya dari pihak EO maupun pejabat publik untuk menemui keluarga korban setelah peristiwa tragis ini.
Pernyataan Sikap PPI Belanda
Sebagai bentuk respons, PPI Belanda mengeluarkan pernyataan sikap yang menegaskan keprihatinan sekaligus kritik keras terhadap pihak penyelenggara. Mereka menghimbau seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri agar menolak permintaan untuk memfasilitasi perjalanan dinas pejabat publik jika tidak ada kontrak kerja resmi dan perlindungan hukum yang jelas. PPI Belanda juga mendesak agar EO dan koordinator liaison officer segera memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban terkait kejadian yang menewaskan Athaya.
Sorotan Publik dan Tuntutan Pertanggungjawaban
Kematian Athaya Helmi Nasution memunculkan diskusi publik yang lebih luas mengenai lemahnya perlindungan terhadap mahasiswa dalam kegiatan resmi negara. Banyak pihak menilai bahwa tragedi ini mencerminkan minimnya standar keselamatan, tidak adanya jaminan asuransi maupun protokol medis yang jelas, serta kurangnya transparansi dari pihak penyelenggara acara maupun pejabat publik.
Momentum Evaluasi Keterlibatan Mahasiswa
Kasus ini seharusnya menjadi momentum penting bagi pemerintah dan DPR untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kunjungan resmi pejabat negara di luar negeri. Perlindungan berupa kontrak kerja resmi, jaminan kesehatan, dan kepastian hukum wajib diberikan agar tidak ada lagi korban yang jatuh karena kelalaian. Selain itu, sikap empati dan kepedulian pejabat publik terhadap para pendamping acara kenegaraan juga harus menjadi perhatian serius.
Penutup
Tragedi meninggalnya Athaya Helmi Nasution bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan komunitas PPI, tetapi juga menjadi peringatan keras tentang pentingnya perlindungan generasi muda yang berkontribusi dalam kegiatan resmi negara. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan peristiwa ini mampu menggugah kesadaran semua pihak untuk menghadirkan perubahan nyata dalam tata kelola perjalanan dinas pejabat publik.