CampusNet – Bagi banyak mahasiswa, terutama yang sedang dilanda minggu ujian atau deadline skripsi, membuat daftar tugas panjang sering kali tidak menyelesaikan masalah. To-do list memang memberi ilusi kontrol, tetapi tidak selalu membuat belajar jadi efektif.
Alih-alih menumpuk target, strategi belajar yang berbasis fokus dan ritme tubuh terbukti jauh lebih berdampak. Tiga metode yang banyak direkomendasikan pakar kognitif adalah active recall, spaced repetition, dan energy-based scheduling.
Active Recall – Bukan Membaca , tapi Mengingat
To-do list sering membuat mahasiswa sibuk merencanakan belajar, tapi tidak benar-benar belajar. Active recall melatih otak mengambil kembali informasi dari ingatan, bukan sekadar membaca ulang.
Riset publik mencatat, metode ini dapat meningkatkan daya ingat hingga 50% dibanding membaca ulang catatan. Active recall membalik cara belajar: mahasiswa berusaha mengingat informasi tanpa bantuan, bukan hanya menyerap secara pasif.
Contohnya, setelah kuliah, mahasiswa langsung mencoba menjawab pertanyaan dari materi, membuat flashcard, peta konsep, atau menjelaskan ulang ke diri sendiri. Cara ini jauh lebih efektif daripada sekadar membuka catatan.
Cara pakainya:
- Setelah membaca satu topik (misalnya pasal KUH Perdata), tutup buku dan tulis ulang intinya di kertas kosong.
- Buat 3-5 pertanyaan singkat (misal: “Apa isi Pasal 1338 KUH Perdata?”) dan jawab tanpa membuka catatan.
- Kalau buntu, buka catatan sebentar, lalu coba ulang jawabannya.
- Lakukan ini setiap kali selesai satu bab.
Spaced Repetition – Anti Lupa Panik Saat Genting
Banyak mahasiswa menumpuk materi dan belajar semalam sebelum ujian. Padahal, otak punya batas retensi informasi. Spaced repetition memanfaatkan pengulangan materi dengan jeda waktu terukur, misalnya satu hari, tiga hari, lalu satu minggu, untuk membuat ingatan lebih kuat.
Dengan metode ini, mahasiswa melatih otak mengingat secara bertahap, bukan dalam tekanan mendadak. Sistem seperti ini memotong kebiasaan kebut semalam yang sering justru membuat informasi cepat hilang. Riset publik menemukan bahwa metode ini dapat memperpanjang retensi jangka panjang hingga 80%.
Cara Pakainya:
- Tentukan jadwal pengulangan: baca hari ini, ulang 3 hari lagi, lalu seminggu lagi.
- Gunakan kalender, spreadsheet, atau aplikasi lainnya untuk menandai kapan materi harus diulang.
- Jangan tunggu “lupa total”, ulangi saat materi mulai samar.
Energy-based Scheduling – Belajar Saat Fokus
Banyak juga yang belajar hanya “kalau ada waktu luang”. Padahal, performa belajar naik drastis saat energi dan fokus berada di puncaknya. Riset publik menunjukkan, mengerjakan tugas kognitif berat pada jam puncak meningkatkan performa hingga 60%.
Mahasiswa perlu menemukan waktu terbaiknya untuk fokus, bisa pagi, siang, atau malam. Ada yang paling tajam konsentrasinya saat pagi, ada pula yang justru fokus setelah sore hari. Belajar di jam puncak energi memaksimalkan hasil tanpa harus menambah jam belajar.
Cara Pakainya:
- Amati 3 hari: kapan kamu paling fokus, apakah pagi, siang, atau malam?
- Jadwalkan tugas berat (menulis, menganalisis, menghitung) di jam tersebut.
- Simpan tugas ringan (baca ulang, susun referensi) di jam energi turun.
- Hindari distraksi saat jam puncak, termasuk notifikasi ponsel.
To-do list boleh membantu, tapi bukan satu-satunya metode belajar efektif. produktivitas belajar tidak diukur dari seberapa panjang daftar tugas yang ditulis, tetapi dari seberapa cerdas kita mengelola waktu, energi, dan fokus.
Metode seperti active recall, spaced repetition, dan energy-based scheduling memberi ruang bagi mahasiswa untuk belajar lebih strategis, bukan sekadar sibuk.
Bagi mereka yang hidup kuliah penuh aktivitas, entah sebagai “kupu-kupu” atau sambil bekerja, strategi yang tepat dapat membuat proses belajar terasa lebih ringan dan hasilnya lebih maksimal.
Baca Juga: 4 Tools Penunjang Skripsi Biar Nggak Stres Sendirian