CampusNet – Program Sekolah Rakyat yang digagas Kementerian Sosial (Kemensos) kini berkembang tidak hanya sebagai sekolah gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin, tetapi juga sebagai model sekolah aman bencana.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah memperluas fungsi sosial pendidikan agar lebih adaptif terhadap kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana.
Sejak diluncurkan, Sekolah Rakyat memang dirancang untuk memberikan akses pendidikan setara bagi anak-anak prasejahtera di berbagai daerah. Namun kini, Kemensos berencana menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai contoh penerapan kesiapsiagaan bencana di lingkungan pendidikan.
Konsepnya sederhana tapi penting: sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat yang aman, tangguh, dan siap menghadapi risiko alam.
Dari Akses Pendidikan Menuju Ketahanan Sekolah
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat risiko bencana tertinggi di dunia. Banyak sekolah berada di wilayah yang rawan gempa, banjir, atau longsor. Fakta ini membuat inisiatif Kemensos menjadi sangat relevan.
Sekolah Rakyat diharapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan dan mitigasi bencana bisa berjalan beriringan.
Dalam rancangannya, sekolah-sekolah ini akan dibangun di lokasi yang aman secara geologis, memiliki desain bangunan yang tahan bencana, serta dilengkapi pelatihan kesiapsiagaan bagi guru dan siswa.
Artinya, Sekolah Rakyat bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang edukasi untuk membangun kesadaran menghadapi situasi darurat — sesuatu yang masih jarang diterapkan secara menyeluruh di sekolah-sekolah konvensional.
Tantangan Mewujudkan Sekolah Aman
Mewujudkan sekolah yang aman dari bencana tentu bukan perkara mudah. Tantangan pertama terletak pada pemetaan lokasi dan infrastruktur. Banyak daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi justru berada di wilayah paling rawan bencana.
Pemerintah harus memastikan bahwa pemilihan lahan untuk Sekolah Rakyat tidak hanya strategis secara akses, tetapi juga aman secara lingkungan.
Selain itu, konsep “aman bencana” tidak cukup hanya dengan bangunan kokoh. Diperlukan juga pendidikan kebencanaan yang terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa perlu dilatih dalam simulasi evakuasi, pertolongan pertama, hingga manajemen risiko lokal.
Tantangan lain adalah pendanaan. Pembangunan sekolah berasrama dengan standar keamanan tinggi membutuhkan biaya besar. Maka, kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga sosial, dan sektor swasta sangat diperlukan agar program ini benar-benar berjalan efektif.
Sekolah yang Aman, Generasi yang Tangguh
Jika berhasil diterapkan, konsep ini dapat menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan bisa menjadi bagian dari sistem ketahanan nasional. Anak-anak tidak hanya mendapat akses belajar yang layak, tetapi juga dibekali kemampuan bertahan dan berpikir tanggap terhadap situasi bencana.
Langkah Kemensos ini patut diapresiasi karena memperluas makna pendidikan — bukan hanya tentang nilai akademik, tetapi juga tentang kesadaran sosial dan kesiapsiagaan hidup.
Sekolah Rakyat sebagai “sekolah aman bencana” bisa menjadi inovasi yang menginspirasi lembaga pendidikan lain untuk lebih peka terhadap realitas lingkungan di sekitarnya.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Sekolah Terintegrasi, Apa Bedanya dengan Sekolah Rakyat?


