8 Negara Siap Tangkap Netanyahu, Tapi Selama Amerika Masih Mendominasi, Mereka Bisa Apa?

CampusNet – Ketika Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mulai menelusuri kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza, sejumlah negara berani angkat suara. Dari Turki, Spanyol, hingga Afrika Selatan, sedikitnya delapan negara menyatakan kesiapannya menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bila ia berani berkunjung ke wilayah mereka.

Langkah ini sempat menyalakan harapan baru: mungkin dunia akhirnya berani menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Namun kenyataannya, di balik keberanian moral itu, ada satu bayangan besar yang tak bisa dihindari — Amerika Serikat.

Keadilan Global yang Tumpul ke Sekutu

Selama puluhan tahun, Amerika Serikat menjadi pelindung utama Israel. Dukungan militer, dana bantuan, hingga veto di Dewan Keamanan PBB menjadi tameng yang membuat Israel nyaris kebal dari sanksi internasional.

Ironisnya, AS bukan anggota ICC dan menolak yurisdiksi pengadilan tersebut. Namun, negara ini kerap menyerukan “penegakan hukum internasional” ketika pelakunya adalah musuh politik mereka — dari Rusia hingga Iran.

Delapan Negara yang Berani Menantang

Menurut laporan media internasional, delapan negara yang siap menangkap Netanyahu antara lain Turki, Spanyol, Irlandia, Belgia, Norwegia, Swiss, Afrika Selatan, dan Malaysia.
Tindakan mereka bisa dibilang simbolik — bukan sekadar keputusan hukum, tapi bentuk perlawanan moral terhadap ketimpangan tatanan dunia.

Namun tanpa dukungan kekuatan global, langkah itu bisa berhenti di tataran simbol. Amerika Serikat punya pengaruh besar dalam ekonomi, diplomasi, hingga keamanan. Satu tekanan politik saja bisa membuat negara-negara kecil berpikir dua kali sebelum benar-benar bertindak.

Amerika dan Politik Dua Wajah

Dalam setiap konflik Israel–Palestina, Amerika selalu tampil sebagai penengah — tapi dengan hasil yang sama: Israel tak pernah benar-benar diadili.
Bantuan militer miliaran dolar terus mengalir, sementara seruan gencatan senjata hanya menjadi retorika.

Di hadapan publik dunia, White House berbicara tentang “hak asasi manusia” dan “de-eskalasi.” Tapi di belakang layar, mereka menandatangani kontrak senjata dan melindungi sekutunya dari tekanan hukum internasional.

Dunia yang Diam, Keadilan yang Mati

Sikap delapan negara tadi adalah perlawanan kecil di tengah kebisuan besar. Negara-negara besar lain — termasuk beberapa di Eropa dan Asia — memilih diam, takut kehilangan kepentingan ekonomi atau dukungan militer Amerika.

Inilah wajah sebenarnya dari dunia modern: keadilan bukan lagi soal benar atau salah, tapi siapa yang berkuasa.

Penutup

Langkah delapan negara tersebut mungkin tak akan menjatuhkan Netanyahu. Tapi keberanian mereka menandai satu hal penting — bahwa suara moral masih hidup di tengah politik yang korup oleh kekuasaan.

Selama Amerika Serikat masih mendominasi tatanan global, keadilan mungkin akan terus tertunda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner TikTok