CampusNet – Dalam beberapa hari terakhir, bencana banjir dan longsor akibat hujan ekstrem dan cuaca siklon di Pulau Sumatra — terutama di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) — telah berkembang menjadi salah satu bencana alam paling parah di Indonesia tahun ini. Berikut perkembangan terbaru per 1 Desember 2025:
Data Korban & Kerusakan Terbaru
- Menurut laporan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal dunia kini telah mencapai 442 jiwa. Sementara itu, sekitar 402 orang dinyatakan hilang.
- Di provinsi-provinsi terdampak:
- Sumatera Utara — korban tewas dilaporkan 166 jiwa; banyak korban ditemukan setelah operasi SAR intensif.
- Aceh — dilaporkan 47 orang meninggal, 51 hilang, dan beberapa lainnya luka-luka.
- Sumatera Barat — korban tewas 90 jiwa, banyak wilayah dilanda longsor, banjir, dan kerusakan infrastruktur berat.
- Ribuan warga mengungsi. Banyak rumah rusak atau hilang, jalur transportasi putus, dan akses ke sejumlah wilayah terisolasi.
Perubahan data dari hari ke hari menunjukkan skala bencana yang terus berkembang seiring operasi pencarian korban masih berlangsung.
Respon Pemerintah & Upaya Penanganan Darurat
- Pemerintah pusat telah meningkatkan langkah penanganan — tim tanggap darurat dikerahkan, termasuk dukungan dari institusi militer, polisi, badan SAR, serta lembaga pemerintahan terkait.
- Di provinsi terdampak, seperti Sumbar, status “tanggap darurat” telah diterbitkan (periode tanggapan darurat 25 November–8 Desember 2025) sebagai respons atas kerusakan parah akibat banjir, longsor, dan angin kencang.
- Logistik, evakuasi, dan pembukaan akses ke wilayah terisolasi dilakukan secara intensif. Bantuan dasar dan layanan darurat — termasuk medis, makanan, tempat pengungsian — tengah didistribusikan.
Situasi di Lapangan — Tantangan Berat yang Masih Berlanjut
- Banyak wilayah sulit dijangkau karena rusaknya jalan, jembatan, dan akses komunikasi — ini memperlambat pencarian korban dan distribusi bantuan.
- Korban terus ditemukan — bahkan setelah beberapa hari pasca-bencana — menunjukkan bahwa data resmi kemungkinan masih berubah.
- Dampak sosial-ekonomi besar: ribuan rumah dan fasilitas publik rusak, banyak warga kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan. Pemulihan jangka panjang akan memerlukan bantuan besar dan koordinasi intensif.
Pentingnya Respons Serius — dan Kenapa Label “Bencana Nasional” Masih Relevan
Dengan ribuan korban, ratusan jenazah, ratusan orang hilang, dan kerusakan luas — kondisi ini menunjukkan bahwa kejadian bukan sekadar bencana lokal. Tapi tragedi yang menjangkau banyak provinsi, memerlukan mobilisasi besar dari pusat dan perhatian nasional.
Penanganan darurat yang dilakukan pantas diapresiasi. Namun, agar pemulihan benar-benar efektif — termasuk rekonstruksi, rehabilitasi, dan bantuan sosial — status “nasional” akan memberi kerangka koordinasi, anggaran, dan sumber daya yang lebih besar.
Baca juga: Mengapa Pemerintah Enggan Menetapkan Banjir dan Longsor di Sumatra sebagai Bencana Nasional?


