Jangan Latah Ajari Anak AI, Wamen Stella Tekankan Kognitif Dasar

CampusNet – Pengenalan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kepada anak menjadi perbincangan penting di dunia pendidikan saat ini. Memperkenalkan AI, bukan sekadar memberi tahu alat teknologi, tetapi membangun dasar literasi digital dan keterampilan berpikir yang relevan dengan perkembangan zaman.

Beberapa pendidikan pun mendorong penggunaannya dalam pembelajaran berbasis proyek sederhana, seperti memperkenalkan logika di balik mesin pencari atau chatbot, agar anak memahami fungsi dan batasan teknologi dalam konteks sehari-hari.

Wamen Stella: Prioritaskan Pembentukan Kemanusiaan Anak

Mengutip DemokDalam 2025 International Symposium on Early Childhood Education and Development (ECED), Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, menegaskan bahwa mengenalkan AI kepada anak usia dini bukanlah prioritas utama. Menurutnya, anak lebih membutuhkan interaksi manusia dan stimulasi berpikir yang kuat daripada pengajaran teknologi semata.

“Anak usia dini ternyata lebih membutuhkan stimulasi yang berbasiskan pada sains dan interaksi yang berkualitas antara anak dan orang tua atau pengasuh,” ujar Stella.

Ia menekankan bahwa pengasuhan ilmiah dan kesempatan bagi anak untuk bertanya menjadi landasan penting dalam perkembangan kognitif mereka.

Stella juga mengingatkan bahwa belajar seperti AI berpikir justru akan mudah membuat manusia tergantikan oleh mesin di masa depan. Ia menekankan bahwa keunggulan manusia terletak pada kemampuan memahami pola dan struktur masalah secara kreatif.

Strategi Tepat Mengenalkan AI pada Anak

Para pendidik sepakat bahwa pengenalan AI kepada anak seharusnya dilakukan secara bertahap dan sesuai usia. Untuk anak usia dini, fokus bisa dimulai dari konsep sederhana, seperti mengenali teknologi AI yang sering ditemui di sekitar mereka, misalnya voice assistant atau fitur pengenalan wajah, sambil menjelaskan fungsi teknologi dengan bahasa yang mudah dipahami.

Selain itu, penguatan computational thinking atau pola pikir komputasional menjadi penting. Dengan keterampilan ini, anak belajar memecahkan masalah dan berpikir logis, yang merupakan dasar dalam memahami AI dan teknologi digital lainnya.

Pendidik dan orang tua juga perlu berkolaborasi dalam mengenalkan AI kepada anak, tidak hanya mengandalkan peran sekolah. Orang tua dapat berperan sebagai teladan dengan mendampingi anak saat menggunakan teknologi, sekaligus menanamkan nilai etika dan melatih keterampilan berpikir kritis terhadap konten digital yang mereka temui.

Keseimbangan antara Teknologi dan Interaksi Kemanusiaan

Pendekatan yang tepat dalam mengenalkan AI kepada anak adalah memadukan pemahaman teknologi dengan penguatan interaksi kemanusiaan. Stella menekankan bahwa tidak ada teknologi yang bisa menggantikan kekuatan interaksi manusia dalam tumbuh kembang anak.

Ia bahkan mengingatkan agar orang tua tidak menggunakan gadget hanya untuk menenangkan anak saat makan, karena interaksi langsung lebih efektif dalam membentuk kemampuan berpikir dan sosial anak.

Pendekatan ini sesuai dengan prinsip pembangunan karakter dan keterampilan masa depan, di mana AI sebagai alat bantu, bukan pengganti manusia. Dengan demikian, pengenalan teknologi sejak dini dapat dilakukan secara bertahap, bertanggung jawab, dan tetap mengutamakan aspek humanis dalam pendidikan anak.

Literasi AI Perlu Dipadukan dengan Keterampilan Dasar

Mengenalkan AI kepada anak merupakan bagian dari kesiapan menghadapi masa depan digital. Namun, pendekatan yang tepat harus memperhatikan usia, kemampuan berpikir dasar, dan interaksi yang bermakna antara anak dengan orang dewasa.

Menurut Stella, penguatan pola pikir dan interaksi manusia adalah fondasi penting sebelum mengenalkan teknologi secara lebih formal kepada anak.

Melalui metode yang tepat, anak dapat memahami AI sebagai alat yang membantu mereka dalam kreativitas dan pemecahan masalah tanpa mengesampingkan peran manusia dalam proses belajar dan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Wamen Stella Minta Kampus Beralih ke Universitas Riset

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner TikTok