Media Service
CampusNet – Pemerintah Aceh resmi memperpanjang masa tanggap darurat bencana hingga 8 Januari 2026. Keputusan ini diambil menyusul masih adanya dampak banjir dan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah, termasuk daerah yang sebelumnya terdampak parah seperti Pidie, Pidie Jaya, dan kawasan lain di Aceh.
Perpanjangan ini berlaku selama 14 hari, dimulai sejak 26 Desember 2025 hingga 8 Januari 2026, untuk memastikan proses penanganan darurat, distribusi bantuan, hingga pemulihan awal masyarakat terdampak dapat berjalan lebih optimal.
Fokus Penanganan Masih Berlanjut
Melalui perpanjangan masa tanggap darurat ini, pemerintah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, serta berbagai elemen relawan masih terus melakukan sejumlah langkah penting, antara lain:
- Evakuasi warga di wilayah yang masih berisiko
- Distribusi bantuan logistik dan kebutuhan dasar
- Perbaikan sementara akses jalan dan fasilitas publik
- Penyediaan layanan kesehatan dan dukungan psikososial
- Monitoring cuaca dan potensi bencana susulan
Kondisi cuaca yang masih tidak stabil serta potensi hujan dengan intensitas tinggi membuat pemerintah memilih langkah antisipatif agar keselamatan warga tetap terjaga dan proses penanganan berjalan efektif.
Warga Diimbau Tetap Waspada
Dengan status tanggap darurat yang diperpanjang, masyarakat diimbau tetap meningkatkan kewaspadaan, khususnya yang tinggal di daerah rawan banjir, longsor, dan wilayah dekat aliran sungai. Pemerintah juga mengingatkan agar warga terus mengikuti arahan petugas di lapangan untuk meminimalkan risiko.
Kesimpulan
Perpanjangan masa tanggap darurat hingga 8 Januari 2026 menunjukkan bahwa Aceh masih berada dalam fase penanganan serius pascabencana. Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus memastikan keselamatan warga serta mempercepat proses pemulihan di wilayah terdampak.
Baca juga: Belum Pulih dari Bencana, Pidie Aceh Kembali Diterjang Banjir
