CampusNet – Ancaman aparat di kampus menjadi isu yang serius karena mengganggu kebebasan intelektual. Kehadiran mereka menimbulkan rasa takut di kalangan mahasiswa dan dosen. Situasi ini jelas merusak iklim akademik yang seharusnya bebas. Untuk mengetahui dampaknya lebih jauh, baca artikel berikut ini.
Kampus sebagai Ruang Kebebasan
Sejak awal, kampus berdiri sebagai ruang suci untuk berpikir dan berdiskusi. Di dalamnya, mahasiswa dan dosen bebas mengekspresikan gagasan tanpa rasa takut. Karena itu, kebebasan menjadi fondasi utama bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun, ketika aparat masuk ke lingkungan kampus, suasana berubah drastis. Rasa aman berganti dengan rasa was-was yang menghambat kreativitas. Akibatnya, kampus kehilangan makna sebagai rumah intelektual yang bebas.
Mengapa Kebebasan Intelektual Penting
Kebebasan intelektual selalu menjadi syarat utama lahirnya inovasi. Tanpa ruang bebas, riset hanya mengikuti kepentingan tertentu dan kehilangan objektivitas. Akhirnya, perkembangan ilmu pengetahuan pun ikut terhambat.
Selain itu, kebebasan memungkinkan mahasiswa berperan sebagai pengawas sosial. Mereka bisa mengkritik kebijakan yang tidak adil dengan terbuka. Jika ruang ini tertutup, demokrasi akan kehilangan salah satu pilar terkuatnya.
Dampak Intervensi Aparat
Kehadiran aparat di kampus langsung menciptakan rasa takut. Diskusi yang seharusnya dinamis berubah kaku dan penuh kehati-hatian. Mahasiswa akhirnya memilih membatasi diri dalam menyampaikan gagasan.
Lebih jauh lagi, budaya kritis yang menjadi identitas kampus ikut terkikis. Lingkungan pendidikan bergeser menjadi ruang penuh tekanan. Pada akhirnya, kampus gagal menjalankan peran sebagai pusat intelektual.
Menjaga Kemandirian Kampus
Untuk menjaga kampus tetap mandiri, semua pihak harus terlibat aktif. Civitas akademika perlu bersatu menegakkan aturan agar aparat tidak mudah masuk. Dengan cara ini, kebebasan intelektual tetap terjamin.
Di sisi lain, pemerintah juga wajib menghormati otonomi perguruan tinggi. Dukungan hukum yang jelas akan memperkuat perlindungan ruang akademik. Hanya dengan kerja bersama, kampus bisa terus menjadi benteng demokrasi.
Kasus yang Pernah Terjadi
Contoh terakhir ancaman aparat di kampus adalah di Universitas Islam Bandung (UNISBA). Saat itu, aparat melemparkan gas air mata ke area kampus untuk membubarkan mahasiswa. Peristiwa tersebut memicu perlawanan karena dianggap melanggar ruang akademik.
Selain kasus UNISBA, kampus lain juga pernah menghadapi kejadian serupa. Reaksi mahasiswa, dosen, dan masyarakat sipil selalu tegas menolak tindakan aparat. Mereka menegaskan bahwa kampus adalah ruang belajar, bukan arena kekuasaan.
Baca juga: Kampus UNISBA dan UNPAS Jadi Korban Represif Aparat