Belajar Bahasa Asing? Ini 6 Aplikasi yang Cocok untuk Mahasiswa

CampusNet – Pernah enggak sih mau belajar bahasa asing intensif, berkelanjutan, dan gratis? Modal smartphone saja, sudah bisa belajar beberapa bahasa sekaligus. Cocok untuk mengisi kegiatan saat jam kosong atau menunggu angkutan umum. Pas juga untuk kamu yang mau bermimpi ke luar negeri atau mau bisa  ngobrol sama bule-bule.

Tapi, kalau enggak konsisten bakal susah paham kan? Eits, enggak semua aplikasi memperhatikan keberlanjutan belajar kamu loh! Nah, keuntungan dari 6 aplikasi ini adalah mode penjamin kontinuitas kamu dalam belajar. Mode yang mengingatkan kamu untuk terus menyisihkan waktu untuk belajar meski sibuk tugas kuliah menerpa. Tapi ada juga buat kamu yang ambis ingin belajar bahasa.

 Berikut 6 aplikasi untuk belajar bahasa asing yang cocok untuk kamu:

1. Tandem

Arnd Aschentrup, Tobias Dickmeis, dan Matthias Kleimann mendirikan aplikasi ini pada 2014. Aplikasi ini resmi bertujuan menghubungkan pelajar bahasa dari seluruh dunia melalui percakapan langsung dengan penutur asli. Tandem memudahkan orang belajar bahasa secara alami lewat pertukaran budaya dan komunitas global. Hingga 2025, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 10 juta kali dan memiliki lebih dari 30 juta pengguna. Tandem juga mendapat penghargaan Editor’s Choice Google sebagai salah satu aplikasi edukasi terbaik.

Cocok untuk kamu yang:

  • Sudah lebih mahir (minimal level B1) dalam bahasa asing dan mau mengembangkannya.
  • Antusias untuk belajar banyak bahasa karena ada lebih dari 300 bahasa dan berbicara dengan orang asing dan mengenal kebudayaan luar.
  • Mau lebih paham dengan bahasa kamu pakai sudah tepat atau belum, karena ada fitur koreksi pesan dan terjemahan

Kurang cocok untuk kamu yang:   

  • Masih beginner.
  • Sudah jago, tapi mau memantapkan grammar dan memperbanyak vocabulary tanpa percakapan.
  • Internet atau device­-nya kurang mendukung untuk pemanfaatan tinggi, karena berbasis pencakapan, maka perlu memfungsikan kamera atau mic dengan durasi lama.

2. Drops

Drops menawarkan pembelajaran cepat selama lima menit dengan visual menarik dan sistem gamifikasi. Tahun 2015, Daniel Farkas dan Mark Szulyovszky mendirikan aplikasi ini di Estonia. Mereka merasa metode belajar bahasa yang ada kurang menarik dan tidak fokus pada kosakata penting. Hingga kini, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 18 juta kali dan mendukung lebih dari 37 bahasa. Drops meraih penghargaan “Best App of 2018” oleh Google Play dan masuk daftar “50 Most Innovative Companies” versi Fast Company.

Cocok untuk kamu yang:

  • Baru belajar, karena bisa belajar yang membuat mulut tersenyum alias seru dan visualnya eye catching.
  • Belajar sambil main, karena modelnya gamifikasi dengan target dan mengumpulkan poin.
  • Sibuk karena tetap bisa belajar modal 5 menit setiap harinya.

Kurang cocok untuk kamu yang:

  • Kurang cocok untuk memperluas kosakata karena cenderung menggunakan kata yang sama untuk setiap bahasa.
  • Mau belajar speaking karena fitur terkait itu masih terbatas.
  • Mau tahu penggunaan kata saat situasi formal dan informal karena terbatas untuk mengetahui bahasa dalam daily life.

3. Babbel

Aplikasi ini menyediakan pembelajaran bahasa yang efektif, praktis, dan berbasis ilmu linguistik. Babbel menggunakan metode kursus singkat dengan konten buatan ahli bahasa untuk membantu pengguna belajar secara bertahap. Tahun 2007, Babbel berdiri berkat karya Markus Witte, Thomas Holl, Lorenz Heine, dan Toine Diepstraten di Berlin. Babbel telah menjual lebih dari 16 juta langganan dan diunduh lebih dari 50 juta kali di Android pada 2025. Babbel juga terus berkembang dengan fitur seperti kelas live, podcast, dan chatbot AI, serta mendapat pengakuan sebagai salah satu perusahaan pembelajaran bahasa yang inovatif.

Cocok untuk kamu yang:

  • Mengutamakan speaking dalam berbahasa karena aplikasi ini berbasis percakapan.
  • Di-spill konteks budaya dari bahasa yang kamu pelajari.
  • Mau latihan grammar tanpa ribet tapi menyenangkan.

Kurang cocok untuk kamu yang:

  • Mau latihan grammar sampai ke akar-akarnya karena penjelasannya masih di permukaan.
  • Meski praktis dalam speaking, namun terasa kurang nyata karena hanya memanfaatkan fitur dari perangkat dan AI.
  • Belum lancar ngomong dalam bahasa asing.

4. Beelinguapp

Beelinguapp berdiri tahun 2016 karena hasil kerja keras David Montiel di Berlin. Ia terinspirasi dari kesulitannya memahami teks dalam bahasa Jerman saat belajar. Beelinguapp resmi diluncurkan pada 2016 untuk Android dan 2017 untuk iOS setelah kampanye Kickstarter yang sukses. Hingga 2025, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 5 juta kali dan mendukung pembelajaran lebih dari 20 bahasa. Beelinguapp juga mendapat penghargaan seperti “Editor’s Choice” di Google Play berkat pendekatannya yang unik dalam meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman bahasa.

Cocok untuk kamu yang:

  • Pemula, karena menggunakan metode “side-by-side reading,” yaitu menampilkan teks dalam dua bahasa berdampingan agar pengguna bisa memahami arti dengan lebih mudah.
  • Suka mendengar cerita sederhana penuh imajinasi.
  • Mau menguatkan sisi listening karena tersedia kumpulan buku audio.

Kurang cocok untuk kamu yang:  

  • Enggak suka membaca versi teks dan tulisan panjang.
  • Enggak mau terlalu kekanak-kanakan dan butuh pemakaian bahasa dalam konteks profesional.
  • Fokus sama percakapan karena aplikasi ini menekankan reading dan listening.

5. Memrise

Ed Cooke, Ben Whately, dan Greg Detre, yang bertemu saat kuliah di Oxford. Mereka membuat Memrise pada tahun 2010 karena ingin menghadirkan cara belajar bahasa yang menyenangkan dengan teknik memori seperti spaced repetition (pengulangan berjeda) dan mnemonik (teknik mengingat dengan mudah). Ada lebih dari 60 juta orang di 189 negara. Di Google Play Store saja, aplikasinya telah diunduh lebih dari 45 juta kali. Memrise juga pernah meraih penghargaan “Best App of 2017” dari Google Play dan terus berkembang dengan fitur video penutur asli serta chatbot berbasis AI.

Cocok untuk kamu yang:

  • Mengutamakan keluasan vocabulary.
  • Memerlukan native speaker karena tersedia fitur video agar kamu tahu pengucapan suatu kata dan materi lainnya.
  • Suka yang belajar sambil main dan akses offline.

Kurang cocok untuk kamu yang:

  • Mau mendapat pemahaman tentang tata bahasa secara mendalam.
  • Tidak ada penempatan level, jadi kamu tidak tahu seberapa besar progress selama belajar.
  • Kurang cocok untuk kamu yang udah tingkat lanjut dalam belajar

6. Duolingo

Luis von Ahn dan Severin Hacker dengan tujuan menyediakan pembelajaran bahasa yang gratis dan mudah diakses untuk semua orang. Mereka mendirikan Duolingo pada tahun 2011. Aplikasi ini resmi diluncurkan ke publik pada tahun 2012 dan mengusung konsep gamifikasi agar belajar terasa menyenangkan. Hingga 2025, Duolingo telah diunduh lebih dari 500 juta kali dan memiliki sekitar 130 juta pengguna aktif bulanan. Selain bahasa, Duolingo kini juga menawarkan kursus matematika, musik, dan fitur AI seperti chatbot pembelajaran. Aplikasi ini telah menjadi salah satu platform belajar bahasa paling populer di dunia.

Cocok untuk kamu yang:

  • Mau belajar listening, speaking, reading, dan writing sekaligus.
  • Belajar bahasa dari nol dan membutuhkan banyak pengulangan vocabulary atau review keseluruhan materi.
  • Belajar dalam beberapa mode seperti mendengar cerita, teka-teki, dan mendengar percakapan.  

Kurang cocok untuk kamu yang:

  • Sudah tingkat lanjut atau advance. Tapi tenang! Biasanya saat baru memasuki aplikasi, kamu bisa memilih level kemampuan berbahasa.
  • Mau belajar grammar secara mendalam.
  • Terlalu banyak pengulangan, jadi mungkin kamu bakal bosan.

Setiap aplikasi punya preferensi sendiri, dan kamu bisa  memutuskan aplikasi mana yang sesuai dengan kebutuhanmu saat ini. Ada pula fokus tersendiri di setiap aplikasi. Selamat belajar. 

Baca juga: Tingkatkan Bahasa Asing dengan 3 Kiat Sederhana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *