CampusNet – Di era serba cepat dan dunia yang terus berkembang, kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa. Salah satu metode yang bisa kamu kuasai adalah Design Thinking.
Apa itu Design Thinking?
Design Thinking dicetuskan oleh akademisi seperti Bryan Lawson dan Nigel Cross. Mereka mengamati bagaimana desainer seperti arsitek memecahkan permasalahan dengan mengembangkan serta menguji solusi baru dengan pemahaman mendalam dan masukan dari kliennya.
Sehingga, metode ini berfokus pada seseorang atau manusia untuk menyelesaikan masalah dan membantu mewujudkan keinginannya. Di mana sangat cocok untuk mencari tahu akar dan solusi ketika sedang menghadapi masalah. Hal ini karena kita akan jauh lebih mengerti akar masalah yang terjadi dan bisa mengembangkan berbagai solusi yang tepat, bukan hanya berfokus pada satu solusi sebab tidak memahami apa yang terjadi pada diri kita
Mengapa Design Thinking Penting untuk Mahasiswa?
- Memperkuat Kemampuan Problem Solving
Design Thinking melatih kamu untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Sehingga, kamu akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang kompleks. - Mendorong Inovasi
Dengan tahapan Ideate, kamu terlatih untuk berpikir out-of-the-box, yang bisa menghasilkan solusi-solusi inovatif yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. - Meningkatkan Empati
Design Thinking dimulai dengan tahap Empathize, yang mendorong kamu untuk memahami masalah dari perspektif orang lain. Ini tidak hanya membantu dalam menemukan solusi yang lebih relevan, tetapi juga membangun kemampuan empati yang penting dalam kerja tim dan hubungan interpersonal. - Tidak Mudah Stress
Dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan kreatif, design thinking membantu kamu lebih terorganisir dan percaya diri saat menghadapi masalah. Ini bisa mengurangi tingkat stres karena memiliki acuan dan metode yang jelas untuk menyelesaikan tantangan. - Relevan di Dunia Kerja
Banyak perusahaan bisnis saat ini menggunakan design thinking dalam proses kerja mereka. Dengan menguasai metode ini, kamu akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja karena telah memahami metode tersebut dengan baik.
Cara Menerapkannya di Kehidupan Sehari-hari
Stanford University d.School juga membuat lima proses tahapnya, yang mana populer juga digunakan dalam dunia bisnis, yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Dengan tahapan tersebut kita bisa menggunakannya dalam menetapkan tujuan atau menyelesaikan masalah diri kita.
1. Empathize
Tahap pertama dalam design thinking adalah empathize, di mana mengharuskan kamu untuk benar-benar memahami masalah atau tantangan yang dihadapi, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Misalnya, jika kamu merasa kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan paruh waktu, cobalah untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang.
Amati bagaimana kamu dan orang-orang di sekitar mengelola waktu, mewawancarai mahasiswa lain untuk mendapatkan perspektif tentang bagaimana mereka membagi waktu, serta merasakan sendiri tantangan tersebut dengan mencoba satu minggu tanpa jadwal atau dengan jadwal ketat.
2. Define
Setelah memahami akar masalah dengan baik, langkah berikutnya adalah mendefinisikan masalah tersebut dengan jelas. Di sini, kamu mulai mengidentifikasi masalah utama dalam manajemen waktu. Misalnya, mahasiswa kesulitan menetapkan prioritas dan sering kewalahan dengan jumlah tugas yang harus diselesaikan dalam waktu terbatas. Ini bisa karena kurangnya perencanaan yang efektif atau kebiasaan menunda pekerjaan. Dengan definisi yang jelas, kamu bisa lebih berkonsentrasi pada solusi yang spesifik.
3. Ideate
Tahap ini adalah saatnya untuk brainstorm dan menciptakan berbagai solusi potensial tanpa batasan. Jangan takut untuk berpikir out-of-the-box. Misalnya, kamu bisa mempertimbangkan menggunakan aplikasi manajemen waktu, menetapkan batas waktu untuk setiap tugas, menggunakan teknik pomodoro untuk membantu fokus selama 25 menit dengan istirahat singkat, bahkan meminta saran dari teman yang lebih teratur. Kuncinya adalah menciptakan sebanyak mungkin ide sebelum memilih yang paling efektif.
4. Prototype
Pada tahap Prototype, mulailah menerapkan ide-ide yang telah kamu pilih dalam bentuk nyata yang sederhana dan kamu ujicoba. Misalnya:
Buatlah jadwal harian untuk satu minggu, termasuk alokasi waktu untuk belajar, bekerja, dan beristirahat. Cobalah menggunakan aplikasi manajemen waktu seperti Trello atau Notion untuk mengatur tugas-tugas. Gunakan teknik pomodoro untuk satu minggu penuh saat mengerjakan tugas, dan lihat bagaimana hal ini mempengaruhi produktivitasmu.
5. Test
Tahap ini adalah bagian penting dari proses design thinking. Setelah menerapkan prototipe solusi, uji secara menyeluruh dan evaluasi hasilnya. Apakah masalah teratasi? Apa yang perlu disesuaikan lebih lanjut? Tahap testing membantu kamu untuk terus memperbaiki solusi hingga mencapai hasil yang optimal.