CampusNet – Banyak mahasiswa kini menjalani double life: kuliah di pagi hari, lalu bekerja atau ngonten di malam hari. Di balik kesibukan itu, ada alasan, tantangan, dan perjuangan yang sering luput dari perhatian.
Mencari Dukungan Finansial Tambahan
Banyak mahasiswa bekerja sambil kuliah karena harus menutup biaya hidup dan kuliah sendiri. Mereka membayar uang kos, makan, dan kebutuhan lain tanpa bergantung penuh pada orang tua. Selain itu, mereka juga sadar kalau pemasukan tambahan bisa membantu meringankan beban ekonomi.
Tapi, alasan mereka bekerja tidak selalu soal uang. Beberapa ingin menambah pengalaman, membangun portofolio, atau menyalurkan passion di luar kampus. Bahkan, mereka belajar langsung dari dunia kerja dan merasa lebih produktif dengan cara yang mereka pilih sendiri.
Jenis-Jenis Pekerjaan Freelance yang Diambil
Mahasiswa sekarang menjalani berbagai jenis pekerjaan sambil kuliah. Di ranah digital, mereka menulis artikel, mengelola media sosial, mengedit video, atau membuat desain untuk klien. Mereka juga mengambil proyek freelance yang bisa dikerjakan dari kamar kos. Kebanyakan dari pekerjaan freelance ini mereka lakukan di malam hari, meski harus mengorbankan waktu istirahat.
Di luar itu, banyak juga yang memilih kerja sambilan seperti jadi barista, kasir, guru les, atau kurir makanan. Beberapa bahkan aktif sebagai content creator di TikTok, YouTube, atau Instagram. Jika tertarik, kamu bisa melihat peluang pekerjaan freelance yang cocok untuk mahasiswa di sini
Risiko Kesehatan Mental Mengintai
Mahasiswa yang menjalani double life sering kurang tidur karena harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan. Setiap hari, mereka memaksakan diri untuk menyelesaikan tugas kuliah dan kewajiban kerja secara bersamaan. Situasi ini membuat fisik terkuras dan pikiran sulit fokus. Akhirnya, tanpa sadar, mereka secara tidak langsung masuk ke pola hidup yang tidak sehat.
Di sisi lain, banyak juga yang mulai merasa stres karena tanggung jawab datang dari dua arah. Mereka harus memenuhi tuntutan akademik sekaligus menjaga performa kerja agar tetap dipercaya. Waktu istirahat makin berkurang, sementara tekanan makin besar. Beberapa mulai kehilangan semangat kuliah karena terlalu lelah secara mental. Hal ini berdampak pada nilai, konsentrasi, dan relasi sosial di lingkungan kampus.
Jangan Takut Dengan Stigma
Namun sayangnya, masih banyak orang yang memandang mahasiswa yang sibuk bekerja sebagai sosok yang tidak serius kuliah. Beberapa menganggap mereka hanya fokus mencari uang dan mengabaikan tanggung jawab akademik. Padahal, kenyataannya jauh lebih dari itu. Justru, mahasiswa yang menjalani double life sedang berjuang menjalani dua peran yang sama-sama menuntut waktu, energi, dan fokus. Mereka terus berusaha bertahan di tengah tekanan, meskipun tidak semua orang bisa mengerti usahanya.
Oleh karena itu, dukungan emosional dapat memberi dampak besar terhadap kondisi mental mahasiswa. Di saat mereka merasa lelah, kehadiran orang-orang yang memahami bisa menjadi penyemangat. Selain itu, orang-orang bisa menunjukkan sikap saling menghargai daripada memberi kritik yang tidak membangun. Pada akhirnya, kita perlu menghargai setiap cara seseorang untuk bertahan dan berkembang.
Baca juga: Life After Maba: Ketika Dunia Kuliah Tidak Seindah yang Dibayangkan