CampusNet –Jembatan Kemang Pratama amblas, meninggalkan ribuan warga terjebak tanpa akses yang memadai. Apakah ini tanda peringatan bagi masyarakat kota yang terus abai pada usia infrastruktur? Sebab hujan deras selesai mengguyur Kota Bekasi sejak kemarin Senin malam, 4 Maret 2025 dan membuat debit air Kali Bekasi meningkat drastis. Akibatnya, banjir merendam sejumlah wilayah, termasuk kawasan Kemang Pratama.
Mengapa Kesadaran Masyarakat Penting dalam Menghadapi Infrastruktur yang Rusak?
Pada hari Selasa pagi, 5 Maret 2025, Jembatan Kemang Pratama amblas setelah aliran air deras menggerus pondasi jembatan. Kondisi ini memaksa pemerintah menutup akses jalan demi menjaga keselamatan warga. Jembatan yang selama ini menjadi jalur utama penghubung antara Kemang Pratama dan Jalan Raya Pekayon itu mengalami kerusakan cukup parah. Retakan muncul di beberapa sisi jalan, sementara sebagian badan jembatan ambles hingga sulit dilalui kendaraan.
Petugas Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi langsung mengevakuasi kendaraan dan menutup area sekitar jembatan. Mereka juga mulai memeriksa kondisi struktur bangunan untuk menentukan langkah perbaikan darurat. “Kami menghentikan semua aktivitas kendaraan di sekitar jembatan supaya tidak menambah risiko ambruk. Tim kami sedang mengevaluasi kerusakan dan segera melakukan perbaikan awal,” kata Kepala DBMSDA Kota Bekasi.
Pemerintah Kota Bekasi mengakui bahwa usia Jembatan Kemang Pratama sudah cukup tua. Selama lebih dari 20 tahun, jembatan ini menahan beban kendaraan yang terus bertambah setiap tahun. Saat hujan ekstrem datang dan air sungai meluap, kondisi pondasi yang sudah rapuh akhirnya tidak mampu bertahan. Selain itu, pemerintah menilai bahwa banjir tahunan di wilayah ini mempercepat kerusakan infrastruktur. Aliran air yang membawa lumpur dan sampah menekan sisi jembatan dan memperparah erosi tanah.
“Kalau kita biarkan tanpa perbaikan besar, bukan hanya jembatan ini saja yang berisiko rusak, tetapi juga fasilitas umum lain yang sering terkena banjir,” tambahnya.
Peran Aktif Warga dalam Pencegahan Akibat Infrastruktur yang Buruk
Banjir bukan hanya soal air yang menggenang, tetapi juga dampaknya terhadap jalan, jembatan, dan bangunan di sekitarnya. Oleh karena itu, warga perlu memahami pentingnya menjaga infrastruktur tetap aman dan segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda kerusakan. Berikut beberapa langkah yang bisa warga lakukan:
- Mengawasi kondisi lingkungan: warga bisa memeriksa adanya retakan, jalan yang mulai turun, atau genangan tidak biasa. Jika menemukan gejala tersebut, warga perlu segera melapor ke pihak berwenang.
- Mengikuti proses perbaikan: saat pemerintah melakukan perbaikan jembatan atau jalan, warga bisa ikut memantau agar proyek berjalan sesuai standar dan material yang digunakan berkualitas baik.
- Mempelajari jalur alternatif: warga sebaiknya mengetahui jalur alternatif ketika akses utama terputus. Dengan begitu, mobilitas tetap berjalan dan risiko kemacetan bisa dikurangi.
- Berpartisipasi menjaga sungai: warga harus aktif mencegah penumpukan sampah di sungai agar aliran air tetap lancar. Semakin bersih sungai, semakin kecil risiko banjir besar yang bisa merusak infrastruktur.
Amblasnya Jembatan Jadi Pengingat Pentingnya Pemeriksaan Rutin Infrastruktur
Akibat amblesnya Jembatan Kemang Pratama membuat aktivitas warga menjadi terganggu. Banyak pekerja, pelajar, hingga pedagang harus memutar lebih jauh untuk mencapai tujuan mereka. Biaya transportasi bertambah, waktu tempuh semakin lama, dan potensi kemacetan pun meningkat. Selain itu, pelaku usaha di sekitar jembatan juga merasakan dampaknya. Turunnya jumlah kendaraan yang melintas membuat penghasilan para pedagang menurun. Mereka berharap pemerintah bisa mempercepat proses perbaikan agar aktivitas kembali normal.
Pemerintah Kota Bekasi saat ini sedang menyiapkan perbaikan darurat agar jalur alternatif bisa menampung lonjakan kendaraan. Sementara itu, mereka berencana melakukan renovasi total pada Jembatan Kemang Pratama dalam waktu dekat. Selain membutuhkan perbaikan secara fisik, pemerintah juga perlu memberikan mendorong dan edukasi kepada warga soal pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Dengan memahami risiko infrastruktur tua, serta bersiap menghadapi banjir tahunan.
Mulailah dari langkah kecil, seperti segera melaporkan mengenai kerusakan fasilitas umum, dukung perbaikan lingkungan, dan jadilah bagian dari warga yang peduli keselamatan bersama. Kota yang kuat lahir dari warganya yang sadar dan bertindak. Saatnya kita bergerak sebelum bencana berbicara lebih keras. “Kami mengajak warga ikut menjaga fasilitas umum agar tetap awet. Banjir ini harus jadi pengingat bahwa kita perlu bergerak bersama, bukan hanya mengandalkan pemerintah,” tutup Kepala DBMSDA.
Amblasnya Jembatan Kemang Pratama bukan sekadar cerita tentang infrastruktur yang rapuh diterjang banjir. Lebih dari itu, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kota besar seperti Bekasi tak bisa terus bergantung pada solusi darurat setiap musim hujan datang. Ada tanggung jawab bersama yang harus dipikul bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh warga yang setiap hari melintasi jalan dan jembatan yang sama.
Sudah saatnya kita berhenti melihat banjir sebagai rutinitas tahunan, lalu melupakan dampaknya saat air surut. Kini, pertanyaannya bukan lagi “kapan bencana berikutnya datang?”, melainkan “apa yang bisa kita lakukan sebelum semuanya terlambat?”. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting. Bukan hanya soal air yang menggenang, tetapi bagaimana kita merawat lingkungan, memeriksa infrastruktur, dan mencegah bencana yang bisa merugikan banyak pihak. Dengan menjaga kota tetap aman bukan hanya soal membangun kembali yang rusak, tetapi juga belajar dari setiap keruntuhan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.