CampusNet – Ungkapan “Let them eat cake” telah menjadi salah satu simbol paling terkenal dari ketidakpedulian kaum aristokrat terhadap penderitaan rakyat jelata. Di masa pemerintahan Marie Antoinette, Prancis mengalami krisis ekonomi dan kesenjangan sosial yang parah, di mana harga roti (makanan pokok rakyat) melambung tinggi.
Hal tersebut menyebabkan kelaparan massal. Sementara rakyat berjuang untuk bertahan hidup, kaum bangsawan hidup dalam kemewahan dan kenyamanan. Slogan ini, yang mencerminkan kebutaan aristokrasi terhadap realitas sosial. Realitas ini, memperlihatkan betapa jauhnya jarak antara istana Versailles dan kehidupan sehari-hari rakyat Prancis.
Simbol Ketidakpedulian dan Ketidakadilan
“Let them eat cake” bukan hanya ucapan yang tidak sensitif; itu adalah simbol dari ketidakpedulian yang sistemik. Kata-kata ini menunjukkan bagaimana kaum bangsawan, yang seharusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat, malah mengabaikan dan bahkan meremehkan penderitaan mereka.
Rakyat Prancis melihat ungkapan ini sebagai bukti bahwa penguasa mereka bukan hanya tidak memahami kesulitan yang mereka hadapi, tetapi juga tidak peduli. Slogan ini menjadi titik pemersatu bagi rakyat yang marah, memicu semangat revolusi untuk mengakhiri ketidakadilan.
Pendorong Revolusi
Respon keras terhadap “Let them eat cake” mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap monarki dan sistem feodal yang sudah ketinggalan zaman. Ungkapan ini menjadi pemicu bagi rakyat Prancis untuk menuntut perubahan.
Dengan latar belakang ketidakadilan sosial yang meluas, slogan ini mengobarkan semangat revolusioner, memotivasi rakyat untuk bangkit melawan penindasan. Revolusi Prancis yang menyusul adalah bukti bahwa kemarahan dan rasa frustrasi yang terakumulasi dapat berubah menjadi kekuatan yang mengguncang tatanan lama dan menciptakan sejarah baru.
Warisan “Let Them Eat Cake”
Hingga hari ini, “Let them eat cake” tetap menjadi simbol kuat dari kesenjangan sosial dan ketidakpedulian penguasa terhadap rakyatnya. Meski mungkin tidak pernah benar-benar diucapkan oleh Marie Antoinette, ungkapan ini telah melekat dalam ingatan kolektif sebagai pelajaran sejarah tentang pentingnya kepedulian dan keadilan sosial.
Slogan ini mengingatkan kita bahwa pemimpin yang gagal memahami dan merespons kebutuhan rakyatnya pada akhirnya akan menghadapi konsekuensi yang tidak terelakkan.