Ketika Teman Kuliah Mulai Menghilang, dan Kita Mulai Mengerti

CampusNet Ketika teman kuliah menghilang, kita belajar menerima kenyataan bahwa pertemanan tidak selalu bertahan selamanya. Ini bukan hanya tentang kehilangan, tapi tentang tumbuh dan memahami bahwa setiap orang punya jalan hidup yang berbeda.

Masa-masa kuliah sering disebut sebagai salah satu fase paling dinamis dalam hidup. Kita bertemu banyak orang, membentuk lingkaran pertemanan yang akrab, dan merasa seolah semuanya akan berjalan beriringan hingga wisuda.

Tapi, seiring waktu, satu per satu teman mulai menghilang. Bukan karena marah atau konflik, tapi karena hidup membawa mereka ke arah yang berbeda. Dan di titik ini, kita mulai mengerti, begini ternyata proses menjadi dewasa.

Ternyata Semua Orang Sibuk Bertahan

Semakin lama menjalani kuliah, kita melihat teman kuliah mulai menghilang satu per satu. Bukan karena konflik atau masalah besar, tapi karena kesibukan yang kian bertambah. Tugas akhir, magang, kerja part time, bahkan urusan pribadi seperti kesehatan mental membuat banyak orang perlahan menjauh. Kita pun sadar, semua orang sedang berjuang bertahan hidup dengan versinya sendiri.

Kehilangan yang Tidak Pernah Kita Prediksi

Dulu terasa ramai: nongkrong di kantin, kerja kelompok, nonton film bareng, semua dilakukan bersama. Tapi sekarang, teman kuliah menghilang tanpa kabar. Chat hanya dibaca, ajakan bertemu hanya dijawab singkat. Rasanya sepi. Namun, inilah realita pertemanan yang perlahan berubah seiring waktu.

Pertemanan yang Tidak Selalu Harus Berjalan Seiring

Tidak semua teman akan menemani kita hingga wisuda. Ada yang hanya singgah untuk satu semester atau satu kelas. Saat teman kuliah menghilang, bukan berarti mereka tidak peduli. Kadang perpisahan diam-diam adalah bentuk paling dewasa dari hubungan yang pernah hangat. Kita belajar bahwa pertemanan tidak diukur dari intensitas bertemu, tetapi dari rasa saling menghargai, meski dari kejauhan.

Belajar Merelakan, Belajar Menghargai

Ketika teman kuliah menghilang, kita belajar merelakan. Merelakan bukan berarti melupakan, tapi memahami bahwa setiap orang punya prioritas. Kita jadi lebih bijak menjaga relasi, memilih untuk tidak menyalahkan, tapi mengerti. Yang benar-benar tulus, akan tetap tinggal, meski tak selalu hadir secara fisik.

Kita Akan Baik-Baik Saja

Walau kini kita melangkah lebih sendiri, bukan berarti kita gagal. Kita tetap tumbuh, menemukan teman baru, dan menyusun hidup dengan ritme kita sendiri. Dari kehilangan, kita belajar menjadi kuat. Jadi, jika teman kuliah menghilang, ingatlah: kamu tidak sendiri. Kita semua sedang belajar menjadi dewasa.

Jangan panik ketika teman kuliah mulai menghilang. Itu bagian dari hidup. Yang penting adalah bagaimana kita tetap menghargai masa lalu, tanpa melupakan masa depan.

Untuk artikel seputar kehidupan mahasiswa lainnya, kunjungi campusnet.news dan ikuti kami di Instagram @campusnet.news


Baca juga: Buat Seru Kuliahmu dengan Memilih Teman Sewaktu Kuliah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *