Krusial Pelamar Beasiswa LPDP : Lolos Beruntung, Tak Lolos Buntung!

beasiswa lpdp

CampusNet ā€“ Beasiswa LPDP merupakan salah satu program dari pemerintah Indonesia yang menjadi incaran banyak orang. Namun, ternyata terdapat sisi lain yang perlu perhatian lebih bagi para pelamar.

Thomas Gilovich, seorang profesor psikologi di Universitas Cornell, Amerika Serikat, mengkaji kaitan antara uang dan kebahagiaan selama 20 tahun terakhir. Dia menulis dalam Journal of Positive Psychology: ā€œmembeli pengalamanā€ ketimbang ā€œmembeli barangā€ akan membawa kebahagiaan yang lebih kekal. 

Mengutip dari website resmi lpdp.kemenkeu.go.id, LPDP membuka berbagai program beasiswa yang bermacam-macam. Mulai dari beasiswa khusus disabilitas, PNS/TNI/POLRI hingga program reguler. Selain itu, pemerintah sendiri gencar memberikan program pendidikan unggul tiap tahunnya, berupa pelatihan.

Namun apakah membeli pengalaman membawa kebahagian yang kekal bagi pelamar beasiswa LPDP? Belum tentu!

Mendaftar beasiswa LPDP ibarat judi yang membawa keuntungan ketika lolos sampai akhir. Namun jika tak lolos, selamat anda akan menangisi pundi-pundi uang yang telah anda gelontorkan puluhan juta tersebut tanpa mendapat ganti dari siapapun. Tidak banyak orang tau, untuk mendapatkan beasiswa full funded ada tahapan-tahapan yang harus pelamar lakukan.

Ketimpangan Akses dan Biaya

Bagaimana tidak, kita harus membayar sekian juta namun belum pasti pula lolosnya. Itulah yang sering dirasakan penjuang beasiswa. Keadaan lapangan menilai mengenai peluncuran program oleh pemerintah bersamaan dengan program tersebut selaras, sesuai passion dan minat serta budget.

Karena tidak semua program yang sesuai dengan passion itu gratis. Bahkan, untuk mengikuti program tersebut harus memenuhi persayaratan dokumen. Contoh nyatanya adalah Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau kita kenal dengan LPDP.

Dalam persyaratan administrasinya harus memenuhi sertifikat bahasa inggris IELTS, TOEFL IBT, PTE, dan ITP (program S2/S3 luar negeri dengan minimum score). Hal tersebut memberatkan bagi pelamar, bagaimana tidak harga untuk sekali tes IELTS saja tembus 4 juta dan TOEFL ITP hampir 1 juta. Kemudian untuk tes IELTS sendiri di Indonesia tidak semua daerah bisa memfasilitasi sehingga anak daerah pelosok harus mengeluarkan biaya lagi untuk menuju tempat tes.

Selain itu, untuk memenuhi surat penerimaan (LOA) wajib melakukan pembayaran saat mendaftar ke suatu institusi pendidikan (application fee). Belum lagi jika lolos ketahap berikutnya harus membayar medical checkup berjuta-juta dan men-tombok biaya tiket keberangkatan bahkan biaya visa hingga housing deposit (uang jaminan yang dibayarkan untuk mendapatkan tempat tinggal di kampus atau untuk membeli properti).Ā 

Beasiswa LPDP Perlu Regulasi Baru

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 berbunyi ā€œSetiap warga negara berhak mendapat pendidikanā€ namun bagaimana jika pemerataan pendidikan tersebut tidak tepat sasaran atau malah tidak adanya pemerataan pendidikan di Indonesia?

Dari berbagai macam hambatan pelamar beasiswa yang rasakan, pemerintah seharusnya merubah regulasi persayaratan. Misal, pada tahap awal tidak perlu mewajibkan sertikat Bahasa Inggris, namun essay adalah penilaian utama dan ketika lolos ke tahap berikutnya pelamar mendapat fasilitas untuk karantina intensif bimbingan untuk memenuhi berkas bahasa Inggris. Namun jikapun yang telah melamar menggunakan sertifikat bahasa inggris pada tahap awal, tidak ada larangan untuk tidak mengikuti bimbingan intensif tersebut.

Ini menjadi relevan kandidat yang bersungguh-sungguh akan membawanya mendapat tiket beasiswa penuh dari LPDP sehingga tidak ada lagi istilah pelamar tak mempunyai biaya makin terperosok dan tergencet persayaratan administrasi kemudian pelamar yang mempunyai kertas sakti (sertifikat bahasa inggris) makin melenggang lolos hingga akhir, semua pelamar berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama pula.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *