Mahasiswa FISIP UNAIR Dapatkan Literasi Budaya Bersama Kombes Pol Tri Suhartanto

unair literasi budaya

Menelusuri Lantai demi Lantai: Warisan Tak Ternilai

Memasuki lantai pertama, pengunjung disuguhi filosofi mendalam di balik keris, simbol kehormatan sekaligus senjata tradisional. Koleksi keris, dari yang sederhana hingga berukuran 3,5 meter, mengajarkan tentang nilai kesatria sejati.

Kemudian, dunia wayang menyapa. Beragam jenis wayang, dari Wayang Kulit, Wayang Golek, hingga Wayang Kardus, mencerminkan kekayaan seni yang melintasi zaman. Tak hanya bercerita, setiap wayang memuat nilai kehidupan, dari cerita epik Ramayana hingga kisah religius dalam Wayang Wahyu.

Lantai kedua menjadi ruang eksplorasi lebih dalam. Di sini, Wayang Golek asal Jawa Barat hadir dengan variasi gaya dari berbagai daerah. Koleksi dalang ternama, seperti Asep Sunarya, menjadi saksi bahwa seni wayang masih terus hidup dan berkembang.

Museum sebagai Pusat Kebudayaan

Museum Gubug Wayang tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata budaya, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran. Festival Wayang ASEAN 2016 yang terselenggara di museum ini menjadi bukti bahwa wayang mampu menjadi bahasa universal yang menyatukan negara-negara.

Pelajaran dari Masa Lampau untuk Masa Depan

Sobat Budaya, Museum Gubug Wayang adalah pengingat bahwa budaya adalah identitas.

“Ia mengajarkan kita untuk menghargai nilai-nilai masa lalu, membawanya ke masa kini, dan melestarikannya untuk masa depan,” tambah Tri Suhartanto

Jika Anda ingin memahami jati diri bangsa, museum ini adalah tempat yang wajib dikunjungi.

” Mari berkunjung, belajar, dan mencintai warisan budaya kita bersama,” pintanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *