CampusNet – Mahasiswa generasi sekarang tidak hanya dituntut untuk unggul secara akademis. Mereka juga perlu membekali diri dengan pengalaman profesional sejak dini. Sayangnya, saat memasuki semester lima atau enam, banyak dari mereka justru menghadapi satu tantangan besar: kesempatan magang yang sulit ditemukan. Meski jumlah mahasiswa terus meningkat, tidak semua instansi membuka ruang belajar yang setara.
Ketimpangan Antara Jumlah Peminat dan Lowongan
Setiap tahun, ribuan mahasiswa berlomba-lomba mencari posisi magang. Di sisi lain, hanya sedikit perusahaan yang benar-benar membuka peluang dengan alur seleksi yang jelas dan transparan. Tidak sedikit yang mengandalkan relasi pribadi, praktik titip CV, atau bahkan harus menunggu balasan email selama berbulan-bulan. Hal ini membuat mahasiswa dari kampus daerah atau non-unggulan merasa tersisih sejak awal.
Program seperti Magenta BUMN, Kampus Merdeka, hingga program internal perusahaan besar memang hadir, namun tidak semua kampus atau jurusan memiliki akses merata terhadap program tersebut. Beberapa mahasiswa bahkan harus berulang kali gagal hanya karena tidak memiliki sertifikat pelatihan tambahan atau portofolio yang sesuai.
Mahasiswa Harus Lebih Proaktif
Sulitnya kesempatan magang tidak seharusnya menjadi alasan untuk menyerah. Mahasiswa perlu membangun personal branding sedini mungkin. Aktif di organisasi, mengikuti webinar, menulis di media, atau membuat proyek kecil bisa memperkuat posisi saat melamar. Pengalaman tidak harus datang dari tempat formal. Banyak startup, komunitas, hingga lembaga sosial yang membutuhkan tenaga muda kreatif, dan seringkali tidak terlalu kaku soal latar belakang kampus.
Gunakan platform seperti LinkedIn, Glints, atau Magenta BUMN untuk memantau lowongan terbuka. Cari mentor yang bisa membantu menyusun CV dan memberi masukan terhadap cover letter. Dengan cara ini, mahasiswa punya peluang yang lebih realistis dalam menembus ketatnya seleksi magang.
Peran Kampus dan Institusi
Kampus juga perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri. Alih-alih hanya menekankan teori dan nilai akademis, universitas seharusnya memperluas koneksi dengan dunia kerja. Hadirkan career center yang aktif, adakan kelas pelatihan CV dan interview, serta bantu jalin kerja sama magang dengan berbagai institusi.
Institusi negara seperti Kementerian BUMN dan Kementerian Pendidikan sudah membuka jalan melalui program kolaboratif. Namun, jika informasi ini tidak disosialisasikan secara efektif di tingkat kampus, maka manfaatnya tidak akan terasa. Mahasiswa perlu tahu bahwa ada peluang bernama Magenta BUMN, yang membuka program magang bagi mahasiswa aktif maupun fresh graduate, lengkap dengan sertifikat, uang saku, dan relasi profesional yang berharga.
Menjawab Tantangan dengan Strategi
Masalah kesempatan magang sulit memang nyata, tapi bukan tanpa solusi. Mahasiswa bisa mulai dari lingkungan sekitar: bantu UKM lokal, terlibat di proyek dosen, atau ajukan inisiatif ke organisasi kampus. Setiap pengalaman tersebut tetap bernilai dalam CV.
Jangan tunggu kesempatan emas datang. Bangun sendiri peluangmu, asah kemampuan dengan belajar mandiri, dan perkuat jaringan. Dunia kerja menghargai mereka yang mau berproses, bukan hanya mereka yang beruntung.
Baca Artikel Lainnya: LinkedIn untuk Mahasiswa: Bangun Jejak, Jangan Tunggu Siap