Mengenang Tragedi Trisakti Mei 1998. Berikut Sejarahnya!

Sejarah Tragedi Trisakti

CampusNet – Bulan Mei sempat menjadi bulan yang kelam bagi Indonesia. Terutama bagi warga Trisakti, yang kehilangan anggota keluarganya pada kejadian kelam “Tragedi Trisakti.”

Bagaimanakah sejarah terjadinya Tragedi Trisakti? Yuk kita bahas!

Apa Itu Tragedi Trisakti?

Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei tahun 1998 merupakan peristiwa penembakan yang dilakukan oleh aparat terhadap mahasiswa Universitas Trisakti yang pada saat itu sedang melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya. 

Tragedi ini menewaskan 4 mahasiswa Universitas Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie. Adapun lokasi tertembaknya para korban tersebut yaitu di kampus Universitas Trisakti. Peluru yang ditembakkan mengenai tempat – tempat vital seperti kepala, tenggorokan, hingga dada. 

Selain menimbulkan korban jiwa, banyak juga korban luka pada aksi demonstrasi tersebut. Tercatat sekitar 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia menjadi korban luka pada aksi tersebut.  

Kronologi Kejadian Tragedi Trisakti

Ketidakpuasan masyarakat merebak dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada 1998, yang mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi meluas di seluruh penjuru negeri. 

Imbasnya adalah terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai macam lapisan masyarakat termasuk mahasiswa untuk menyuarakan kegelisahan mereka terhadap pemerintahan yang berkuasa pada saat itu, yaitu Soeharto. 

Universitas Trisakti menjadi salah satu kampus yang turut serta meramaikan aksi demonstrasi tersebut. 

Puncaknya terjadi pada 12 Mei 1998. Pagi harinya, segenap civitas Trisakti melakukan aksi damai di lingkungan kampus.

Pada siang harinya, massa dari Universitas Trisakti mulai bergerak melakukan long march dari kampus menuju Gedung Nusantara DPR/MPR. Namun tepat di depan kantor Walikota Jakarta Barat, massa dihadang oleh barikade aparat kepolisian yang dilengkapi dengan tameng dan pentungan yang terdiri dari dua lapis barisan. 

Melihat hal tersebut, perwakilan dari mahasiswa kemudian melakukan negosiasi dengan pimpinan aparat agar tetap dapat melanjutkan aktivitasnya. Hasilnya, long march tidak boleh dilanjutkan dengan alasan adanya potensi terjadi kemacetan lalu lintas dan menimbulkan kerusakan. Para mahasiswa merasa kecewa dengan hasil tersebut, namun di saat yang bersamaan datang aparat pengendalian masa sejumlah 4 truk.

Tidak cukup dengan hasil negosiasi tersebut, kemudian negosiasi terus dilanjutkan. Lalu didapatkan hasil yaitu baik mahasiswa maupun aparat sama – sama bergerak untuk mundur.

Ketika mahasiswa Trisakti perlahan bergerak mundur, terdapat oknum yang berteriak dengan kata – kata kasar ke arah massa sehingga menimbulkan ketegangan. Oknum tersebut kemudian dikejar oleh massa, lalu lari menuju barisan aparat, yang berimbas pada timbulnya ketegangan antara massa dan juga aparat.

Tidak selesai disitu, ketika massa mahasiswa Trisakti sedang bergerak mundur kembali, di antara barisan aparat terdapat oknum yang meledek, menertawakan, dan juga melontarkan kata – kata kasar ke arah mahasiswa, sehingga sejumlah mahasiswa terpancing, namun ketegangan tersebut dapat diredam. 

Namun pada saat yang bersamaan, tiba – tiba aparat melakukan penyerangan kepada mahasiswa Universitas Trisakti dengan menembakkan gas air mata sehingga massa berlarian menuju kampus. 

Tidak berhenti disitu, aparat juga melakukan penembakan secara membabi buta, dan terus menembakkan gas air mata ke hampir setiap sisi jalan. Selain itu aparat juga melakukan pemukulan dengan pentungan dan popor terhadap massa mahasiswa, menendang dan menginjak mahasiswa, serta melakukan pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.

Kericuhan terus terjadi, mahasiswa dan mahasiswi banyak yang dianiaya oleh aparat dan dibiarkan tergeletak di tengah jalan. 

Sebagian aparat yang berada di sekitar gerbang kampus membuat formasi siap menembak dua baris, yang berarti ada yang jongkok dan berdiri. Kemudian aparat tersebut menembak secara terarah ke arah mahasiswa yang berada di kampus, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban luka hingga korban jiwa. 3 orang meninggal seketika, dan 1 orang kritis akibat tembakan tersebut.

Hingga sore hari tembakan yang dilakukan oleh aparat terus berlanjut, mahasiswa bersembunyi di ruang – ruang kelas hingga ruang organisasi. 

Setelah melihat keadaan sudah cukup tenang, mahasiswa mulai keluar dari ruangan, meminta kepastian agar dapat pulang. Dengan diwakili oleh Dekan FE, negosiasi pun berhasil, dan mahasiswa diperbolehkan untuk pulang sedikit demi sedikit. Pada saat itu mahasiswa berangsur pulang dan melakukan evakuasi terhadap korban yang jatuh. 

Peringatan Tragedi Trisakti 2025

Melansir dari Kompas, sekitar ratusan mahasiswa Universitas Trisakti dari berbagai fakultas berkumpul pada hari Rabu (14/05/2025) di lingkungan kampus untuk memperingati 27 tahun Tragedi Trisakti. 

Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Faiz Nabawi Mulya, menyatakan bahwa hingga saat ini keadilan atas peristiwa tragedi tersebut belum ditegakkan. 

Selain itu, Faiz juga menyampaikan bahwa mereka membawa 5 tuntutan pada saat memperingati 27 tahun Tragedi Trisakti tersebut.

Pertama, mereka menuntut bahwa empat mahasiswa Trisakti yang gugur pada Mei 1998 itu diangkat sebagai pahlawan nasional. Imbas pengorbanan empat mahasiswa tersebut untuk mencapai reformasi.

Kedua, mereka menolak pengangkatan Soeharto sebagai pahlawan nasional, imbas banyaknya pelanggaran HAM berat dan pembungkaman terhadap demokrasi yang dilakukan pada masa pemerintahannya.

Ketiga, mereka mendesak pemerintah dan institusi penegak hukum untuk segera menyelesaikan kasus – kasus pelanggaran HAM berat pada masa lalu, termasuk Tragedi Trisakti 1998.

Keempat, para mahasiswa juga menuntut Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (PERPPU) untuk mencabut UU TNI yang belum lama disahkan. Imbas perluasan kewenangan militer yang diperluas, sehingga dapat mencederai reformasi.

Kelima, para mahasiswa turut menuntut rezim untuk menghentikan segala upaya militeristik dalam ranah sipil. Mereka menolak segala bentuk penetrasi militer dalam ranah kehidupan sipil.

Baca juga: May Day: Peringatan Hari Buruh Internasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *