CampusNet – Konsekuensi OTT memungkinkan terjadinya transformasi komoditas. Artinya, terdapat perkembangan budaya virtual yang terjadi pada pengguna teknologi.
Budaya virtual adalah penggunaan jaringan komputer untuk sarana telekomunikasi di cyberspace atau dunia maya.
Realitas maya mengakibatkan fenomena viralisasi, masyarakat memiliki kecenderungan untuk menyebarluaskan sebuah ide atau merek kepada satu pengguna Internet ke pengguna lainnya.
Viralitas menyebabkan masyarakat memanfaatkan realitas maya sebagai ajang aktualisasi diri dan peluang berkarir dengan menghasilkan konten yang dapat mencapai ketenaran.
Menjadi tenar menjanjikan misteri overnight success
Overnight Success adalah sebuah utopia keberhasilan dengan begitu cepat, hal ini banyak terjadi akibat kehadiran teknologi yang mengalirkan informasi tanpa sekat ruang dan waktu.
Saat ini kehadiran teknologi dalam fenomena tersebut mendeskripsikan bagaimana keberhasilan manusia mencapai peningkatan jumlah uang dan ketenaran.
Overnight Success dalam produksinya bergerak di dunia digital, tempat ketenaran berasal, sama halnya dengan keberadaan pers yang memuat narasi positif maupun negatif.
Narasi ini kemudian termuat melalui platform OTT berupa konten yang produksi penggunanya.
Overnight Success ini merupakan hasil dari kapitalisasi digital; yakni memanfaatkan teknologi digital untuk menghasilkan keuntungan finansial.
Beberapa platform media sosial memberikan sarana monetisasi kepada para pengguna sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan melalui media sosial akibat nilai viralitas tersebut.
Akibat fenomena tersebut, perusahaan jaringan memanfaatkan realitas ini sebagai modal atau komoditas baru di pasar digital.
Fenomena ini mengkonstruksi adanya kapitalisme digital yang terjadi pada sistem operasional media sosial dengan memanfaatkan keuntungan dari pengiklan yang tampil di layar beranda pengguna smartphone.
Hai ini sebagai instrumen dasar dari sistem yang terdapat pada media sosial itu sendiri
Alih-alih sebagai saluran media komunikasi dan informasi, hasil dari kapitalisme digital ini justru menjauhkan esensi pengguna layanan sebagai manusia yang bebas dari segala bentuk penindasan.
Misalnya, para pengguna harus “menyerahkan” data diri sebelum bisa menikmati layanan OTT yang tersedia.
Pada titik ini, informasi atau data diri pengguna dapat diolah menjadi komoditas.
Kemudian, layanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet ini bukanlah suatu hal yang tulus, karena perusahaan mendapatkan keuntungan dari para penggunanya, dengan;
- Pertama, kepemilikan kendali dan privasi atas data-data pribadi pengguna,
- Kedua, keuntungan dari pemasukan iklan atas hasil kerjasama OTT global dengan perusahaan iklan yang terunggah dalam platform tersebut.
Fenomena berkaitan dengan konsep komodifikasi khalayak sebagai komoditas dan objek eksploitasi bagi kepentingan pasar; yakni media dan pengiklan.
Walau begitu, ketidaksadaran akibat eksploitasi pasar digital karena anggapan atau ide mengenai masyarakat yang saling terkoneksi atau networked society.
Demikian, hal ini menjadi suatu konsekuensi logis dari kemajuan teknologi.
Menjadi sebuah kewajaran, walaupun sesungguhnya merupakan bagian dari ideologi kapitalisme yang hadir hingga saat ini.