CampusNet – Apakah teman – teman pernah membayangkan apabila suatu posisi atau jabatan diisi oleh seseorang yang tidak mahir dalam bidang tersebut? Pasti akan terlihat aneh, bukan? Seseorang yang tidak lihai dalam suatu bidang justru dipilih untuk mengerjakan pekerjaan di bidang tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi suatu perusahaan, lembaga, bahkan hingga negara untuk menerapkan sistem Meritokrasi. Lalu apakah Meritokrasi itu? Yuk kita bahas!
Apa Itu Meritokrasi?
Meritokrasi merupakan suatu sistem atau filosofi yang memberikan kesempatan bagi suatu individu untuk memimpin, memperoleh suatu posisi atau jabatan, atau memperoleh kekuasaan dengan dilihat berdasarkan kemampuannya, prestasinya, dan juga kualifikasinya.
Bukan karena hal lain seperti keturunan atau hubungan kekeluargaan, hubungan kekerabatan, ataupun status sosial.
Pada dasarnya, sistem atau filosofi Meritokrasi ini membuka kesempatan atau peluang yang setara bagi setiap individu untuk dapat bersaing meraih posisi atau jabatan tertentu asal memenuhi kompetensi dan persyaratan yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan.
Oleh karena itu penting untuk melakukan penilaian dan juga seleksi secara objektif, sesuai kemampuan individu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan, lembaga, hingga negara.
Sehingga sistem Meritokrasi ini selain menjadi dasar untuk memilih orang sesuai kualifikasi juga dapat menjadi sebuah penghargaan atas usaha dan juga bakat yang dimiliki oleh seorang individu untuk mencapai suatu posisi atau jabatan tertentu.
Pentingnya Meritokrasi Dalam Lembaga
Menerapkan sistem Meritokrasi ini merupakan hal yang penting dan menjadi suatu keharusan bagi perusahaan, lembaga, ataupun negara.
Karena dengan memilih suatu individu pada suatu posisi berdasarkan keahlian yang dimiliki, dapat meningkatkan kualitas dan juga profesionalisme perusahaan. Lembaga dapat memastikan bahwa posisi – posisi strategis lembaga diisi oleh orang – orang yang kompeten atau ahli di bidangnya, sehingga berimbas pada efektivitas dan juga efisiensi kerja dan hasil yang optimal.
Selain itu, penerapan sistem ini juga dapat mendorong motivasi dan semangat kerja setiap orang. Karena mereka tahu bahwa usahanya tidak akan sia – sia, usaha dan prestasi yang dicapai diakui secara adil, sehingga akan tumbuh motivasi dalam diri untuk terus bekerja keras, belajar, dan berkembang.
Penerapan sistem Meritokrasi ini sangat amat berperan dalam mencegah terjadinya praktik KKN atau Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Karena seseorang akan dipilih berdasarkan kemampuan, bukan hubungan kekeluargaan, dan suap atau kesepakatan antar dua pihak untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Dengan penerapan sistem ini dalam suatu lembaga, maka dapat membentuk budaya atau kultur lembaga yang lebih sehat. Seperti terbentuknya budaya kompetisi yang adil dan sehat, meningkatnya motivasi untuk terus berkembang, sehingga penting untuk keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang.
Pengaplikasian sistem Meritokrasi ini sangat penting untuk mewujudkan keadilan dan meningkatkan profesionalisme serta kualitas hingga integritas suatu pekerja. Sehingga hasil kerja menjadi optimal. Coba teman – teman bayangkan, suatu perusahaan, lembaga, atau bahkan negara dipimpin oleh individu yang tidak kompeten, namun hanya karena memiliki hubungan kekeluargaan, kekerabatan, atau konflik kepentingan semata, akhirnya individu tersebut dipilih untuk mengurus satu lembaga besar. Seram, bukan? Hanya tinggal menunggu waktu untuk melihat kehancuran lembaga tersebut.
Maka penting untuk menerapkan sistem ini, agar dapat menarik dan juga menciptakan individu yang berkualitas imbas mereka mengetahui bahwa usahanya dihargai secara adil.
Tantangan Meritokrasi
Penerapan sistem Meritokrasi memang sangat penting, untuk menyaring individu – individu dengan kompetensi yang memadai sesuai dengan bidang yang dibutuhkan.
Namun dibalik itu, penerapan sistem ini juga memiliki tantangan.
Contohnya seperti tidak semua orang memiliki askes yang sama di awal. Sebagian orang beruntung untuk memiliki kehidupan yang layak, akses terhadap pendidikan dan juga peluang sangat mudah. Namun ada juga individu yang kurang beruntung, dengan keadaan ekonomi keluarga yang kekurangan, sehingga akses terhadap pendidikan tertutup, yang berimbas pada minimnya pengetahuan dan juga kemampuan yang dimiliki.
Apabila akses awalnya sudah tidak setara, maka akan timbul kesenjangan yang lebih parah. Mereka yang memiliki keuntungan atau keunggulan sejak awal akan semakin unggul, sedangkan yang kurang beruntung akan semakin menderita. Sehingga ketimpangan atau kesenjangan akan terus melanggeng.
Keadilan yang didambakan sebelumnya juga akan sirna, imbas ketimpangan yang ada.
Sehingga justru bukan keadilan yang didapat, malah diskriminasi yang akan muncul. Semakin lama kesenjangan akan semakin menonjol imbas perbedaan strata atau kelas sosial di masyarakat.
Oleh karena itu, ada sistem yang harus dievaluasi terlebih dahulu agar setiap individu dapat memiliki akses yang setara terhadap pendidikan dan juga peluang untuk berkembang.
Kesimpulan
Penerapan sistem Meritokrasi bukan hanya penting saja, melainkan krusial bagi keberlangsungan hidup suatu lembaga dalam jangka panjang. Tentukan indikator kinerja yang jelas dan terukur untuk dapat meminimalisir subjektifitas dan menciptakan kultur perusahaan yang objektif.
Selain itu, hilangkan pengaruh koneksi pada lembaga agar proses perekrutan tidak lagi subjektif. Apabila memungkinkan, maka berilah suatu individu penghargaan atau insentif berdasarkan pencapaian kerjanya. Dengan demikian, maka akan tercipta budaya lembaga yang sehat.
Di tengah dunia yang dinamis dan kompetitif, lembaga yang dapat menghargai anggotanya akan berada selangkah lebih maju.
Meritokrasi merupakan sistem yang ideal untuk mendorong kemajuan dan keadilan. Namun, sistem ini perlu didukung dengan pemerataan terhadap akses pendidikan dan penunjang kemampuan lainnya, agar bersifat adil dan juga inklusif.
Baca juga: Tips Memilih Perusahaan yang Tepat bagi Para Fresh Graduate