Pertamax Dioplos Jadi Pertalite: Apakah Pertamina Mau Jadi Pertamini?

Pertamina

CampusNet – Kasus pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) kembali mencoreng nama industri energi di Indonesia. Kejaksaan Agung mengungkap bahwa minyak mentah RON 92 alias pencampuran Pertamax dengan bahan bakar berkualitas lebih rendah di terminal oleh anak perusahaan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid. Praktik ilegal ini, melibatkan pejabat tinggi PT Pertamina Patra Niaga, yang kini telah menjadi tersangka.

Skandal Oplosan BBM: Modus Operandi dan Pelaku

Penyelidikan Kejaksaan Agung menemukan bahwa pengoplosan terjadi di PT Orbit Terminal Merak oleh tersangka Muhammad Kerry Andrianto Riza (MKAR) dan GRJ. Dalam praktiknya, RON 88 dan RON 90 dicampurkan untuk menghasilkan BBM dengan kualitas RON 92 yang dijual dengan harga Pertamax.

Para tersangka, termasuk Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya serta VP Trading Operation Edward Corne, menyetujui skema ini untuk memperoleh keuntungan pribadi. Selain itu, ada indikasi mark-up biaya pengiriman oleh PT Pertamina Internasional Shipping yang menyebabkan pembengkakan biaya hingga 13-15% secara ilegal.

Kerugian Negara Mencapai Rp 193,7 Triliun

Akibat praktik korupsi ini, negara mengalami kerugian yang sangat besar, yakni mencapai Rp 193,7 triliun. Kejahatan ini melibatkan sembilan tersangka yang dijerat dengan pasal-pasal terkait tindak pidana korupsi, termasuk Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 20 Tahun 2001.

Dampak bagi Masyarakat: Kepercayaan Publik Terancam

Pengoplosan BBM ini bukan hanya masalah korupsi, tetapi juga merugikan masyarakat. Konsumen yang membayar harga Pertamax justru mendapatkan BBM berkualitas lebih rendah, yang dapat merusak mesin kendaraan. Selain itu, skandal ini semakin menurunkan kepercayaan publik terhadap Pertamina, yang seharusnya menjadi tulang punggung energi nasional.

Apakah Pertamina Akan Berbenah?

Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah Pertamina serius dalam mengelola tata kelola BBM di Indonesia? Dengan berbagai skandal yang terjadi, masyarakat tentu berharap ada reformasi besar-besaran di tubuh BUMN ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin masyarakat akan semakin kehilangan kepercayaan dan memilih alternatif lain yang lebih transparan.

Kasus pengoplosan Pertamax menjadi pertalite ini menambah deretan panjang skandal di industri migas Indonesia. Dengan kerugian negara yang mencapai ratusan triliun rupiah, sudah saatnya pemerintah mengambil tindakan tegas agar kejadian serupa tidak terulang. Masyarakat pun perlu lebih kritis dalam mengawasi kebijakan energi demi keadilan dan transparansi yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *