Pinjol Mahasiswa: Solusi atau Jebakan?

CampusNet – Di era digital seperti sekarang, pinjaman online semakin populer, termasuk di kalangan mahasiswa. Katadata menunjukkan bahwa pada tahun 2023, penerima kredit pinjol didominasi oleh kelompok usia 19-34 tahun. Pelajar atau mahasiswa serta pekerja adalah bagian besar dari kelompok ini dan memiliki nilai akumulasi utang pinjol sebesar Rp 27,1 triliun. Jumlah tersebut setara 54,06% dari total utang pinjol nasional.

Kebutuhan finansial yang mendesak, seperti biaya kuliah, buku, atau kebutuhan sehari-hari, seringkali membuat mahasiswa mempertimbangkan pinjol sebagai solusi cepat. 

Namun, di balik kemudahannya, ada risiko besar yang mengintai. Artikel ini akan membahas fenomena pinjol mahasiswa, mulai dari alasan penggunaannya, dampak positif dan negatif, hingga tips bijak dalam mengelola pinjaman online.

Mengapa Mahasiswa Memilih Pinjol?

Mahasiswa seringkali menghadapi keterbatasan finansial karena belum memiliki penghasilan tetap. Beberapa alasan utama mereka memilih pinjol antara lain:

Biaya Kuliah dan Kebutuhan Akademik

Uang semester, buku, atau biaya penelitian yang mendesak bisa menjadi alasan mahasiswa mencari pinjaman cepat. Beberapa kampus hanya mengizinkan buku edisi tertentu, dan biaya untuk buku teks tentu saja tidak sedikit.

Kebutuhan Hidup Sehari-hari

Sewa kos, transportasi, makan, dan kebutuhan lain seringkali membebani keuangan mahasiswa. Pinjol dianggap sebagai cara instan untuk menutupi pengeluaran bulanan. Apalagi jika mahasiswa berasal dari keluarga sederhana, yang membuat mereka tidak bisa meminta lagi ke orangtua mereka.

Kurangnya Literasi Keuangan

Banyak mahasiswa belum paham bunga tinggi, denda, dan risiko gagal bayar dari pinjol ilegal. Mereka terjebak karena tidak membaca syarat dan ketentuan dengan teliti, padahal dalam banyak aplikasi pinjol syarat-syarat tersebut menjelaskan tentang biaya tersembunyi seperti biaya admin atau tentang bunga berbunga.

Tekanan Sosial dan Gaya Hidup

Beberapa mahasiswa terpengaruh gaya hidup konsumtif, seperti membeli gadget terbaru atau nongkrong di kafe mahal. Banyak mahasiswa yang memakai layanan pinjol untuk memenuhi keinginan tersebut tanpa perencanaan keuangan yang matang. Konsumerisme yang berkembang dan marak di media sosial memang merupakan salah satu penyebabnya. Banyak perusahaan mendukung hedonisme untuk meningkatkan penjualan. Namun, keputusan untuk terjerumus tren atau tidak itu tergantung diri sendiri.

Dampak Negatif Pinjol bagi Mahasiswa

Masyarakat sama sekali tidak bisa menganggap remeh pinjol. Gerakan massal “Galbay Pinjol” (Gagal Bayar) di media sosial sejak tahun 2023 membuktikan bahwa masyarakat tidak menganggap hutang piutang sebagai hal yang serius. Galbay Pinjol adalah gerakan para anak muda yang gagal membayar pinjol mengajak orang-orang untuk sengaja meminjam ke pinjol ilegal dan tidak membayar sama sekali. Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Dr Laily Dwi Arsyianti mengatakan bahwa hutang pinjol tidak akan hilang meskipun dibiarkan. Justru nilainya bisa naik karena adanya bunga.

Orang-orang memulai gerakan Galbay Pinjol pada tahun 2023. Tapi, masih ada berbagai berita dan konten tentang gerakan ini di tahun 2025. Pinjol sangatlah tidak disarankan karena data diri peminjam terdaftar di aplikasi, dan orang-orang terdekat bisa menjadi sasaran. Berikut adalah kenapa pinjol sangat tidak disarankan.

Bunga dan Denda yang Tinggi

Bunga pinjol bisa mencapai 0,8%-1,5% per hari (setara dengan 300%-500% per tahun), jauh lebih tinggi dari kartu kredit atau KTA. Denda keterlambatan bisa membuat utang membengkak.

Utang Pinjol Sulit Dilunasi

Banyak mahasiswa terjebak “gali lubang tutup lubang” dengan meminjam dari satu pinjol ke pinjol lain. Peminjam yang tidak melunasi hutang dapat menemukan data pribadi bisa disebarkan ke pihak lain, yaitu debt collector.

Masalah Mental dan Stres

Tekanan dari debt collector, ancaman, dan rasa malu bisa memicu stres hingga depresi. Beberapa kasus bahkan berujung pada bunuh diri karena beban utang.

Tips Bijak Menggunakan Pinjol bagi Mahasiswa

Jika benar-benar tidak ada pilihan lain dan kebutuhan mendesak, ini adalah tips agar keamanan diri tetap terjamin walaupun menggunakan pinjol.

Hitung Kemampuan Bayar

Jangan meminjam melebihi kebutuhan dan pastikan cicilan tidak melebihi 30% penghasilan. Seringkali ada kasus dimana saat seseorang hendak melunasi hutang, ternyata biayanya lebih tinggi karena biaya admin dan biaya tersembunyi lainnya.

Jangan Gunakan untuk Gaya Hidup Konsumtif

Pakailah pinjol untuk kebutuhan mendesak, bukan keinginan sesaat. Keinginan sesaat adalah trend, dan sebuah trend akan selalu berganti. Pikirkan, mahasiswa mengkompromikan data dan keuangan pribadi untuk trend yang datang dan pergi.

Padahal, banyak pinjol yang menggunakan jasa preman dan meneror orang-orang terdekat. Jangan bahayakan diri sendiri dan keluarga untuk tren.

Cari Pinjol yang Terdaftar di OJK

Pastikan aplikasi memiliki izin resmi untuk menghindari penipuan. Sejauh ini sudah ada 96 perusahaan yang terdaftar per Juli 2025.

Pinjol bisa menjadi solusi keuangan darurat bagi mahasiswa, tetapi juga berpotensi menjadi jebakan utang jika tidak digunakan dengan bijak. Literasi keuangan yang baik dan kesadaran akan resiko pinjol sangat penting agar mahasiswa tidak terjebak dalam masalah finansial. Sebisa mungkin, cari alternatif lain sebelum memutuskan untuk meminjam online.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *