CampusNet – Kasus kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 kembali menggemparkan dunia pendidikan tinggi Indonesia. Kali ini, panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mengungkap modus baru yang melibatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk menduplikasi foto joki dan digunakan oleh beberapa peserta sekaligus. Fenomena ini menandai era baru perjokian yang semakin canggih dan terorganisasi.
Modus Canggih: Duplikasi Foto dengan AI
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, memaparkan dalam konferensi pers bahwa panitia menemukan praktik kecurangan berupa penggunaan satu foto joki yang dimodifikasi dengan AI untuk empat kartu peserta berbeda. “Jadi ada empat kartu peserta dengan satu foto yang tinggal dimainkan dengan AI, diubah-ubah tingkat kemiripannya,” jelas Eduart. Dengan cara ini, satu orang joki dapat menyamar menjadi beberapa peserta hanya dengan sedikit modifikasi digital pada foto identitas mereka.
Kasus ini terungkap di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, di mana joki bernama Lukas Valentino Nainggolan diduga menggantikan empat peserta sekaligus. Selain itu, di lokasi yang sama, ditemukan dua joki lain-Khamila Djibran dan Healthy Febriana Jessica-yang juga menggunakan modus serupa untuk dua dan satu peserta lainnya.
Ragam Modus Kecurangan Lain
Tak hanya duplikasi foto dengan AI, panitia juga menemukan berbagai modus lain yang tak kalah canggih:
- Penyamaran Identitas: Joki mengganti foto peserta asli dengan foto mereka sendiri yang sudah dimodifikasi, sehingga lolos verifikasi identitas saat pendaftaran.
- Perangkat Tersembunyi: Di Universitas Diponegoro (Undip), peserta curang memasang kamera dan handphone di ciput (dalaman jilbab), transmitter di kuncir rambut, dan alat bantu dengar mini di telinga. Modus serupa juga ditemukan di Universitas Sumatera Utara (USU), di mana kamera tersembunyi dipasang di kacamata dan mikrofon di baliknya.
- Remote Access dan Proxy: Di Universitas Jember (Unej), terungkap keterlibatan “orang dalam” yang memasang perangkat proxy untuk menghubungkan komputer peserta dengan jaringan eksternal. Perangkat ini disembunyikan di kardus printer di atas lemari ruang ujian.
Skala dan Sanksi
Kecurangan ini tidak hanya terjadi di satu lokasi. Panitia mencatat setidaknya 50 pelaku kecurangan dan 10 joki yang terlibat di berbagai pusat UTBK. Di USU, misalnya, tujuh orang joki tertangkap tangan mengerjakan soal untuk 30 peserta, dengan lokasi pengerjaan soal di hotel.
SNPMB menegaskan akan memberikan sanksi tegas, termasuk diskualifikasi dan larangan mengikuti seleksi masuk PTN seumur hidup bagi peserta dan joki yang terlibat. Oknum kampus yang terbukti membantu juga terancam pemecatan.
Penegasan Panitia: Kecurangan Terstruktur dan Terencana
Eduart Wolok menegaskan bahwa kecurangan ini sudah sangat terstruktur dan terencana. “Ini terstruktur terencana kecurangannya,” tegasnya. Panitia juga mengapresiasi peran peserta yang melaporkan dugaan kecurangan, sehingga pengawas dapat menindaklanjuti dengan cepat.
Maraknya modus baru perjokian UTBK 2025 dengan bantuan AI menjadi alarm keras bagi seluruh pihak, terutama pengelola seleksi masuk PTN, untuk terus memperkuat sistem verifikasi dan pengawasan. Integritas seleksi nasional harus dijaga agar pendidikan tinggi Indonesia tetap bermartabat dan adil bagi semua calon mahasiswa.