SKSG UI Tempat Bahlil S3 Resmi Digabung dengan SIL, Kini Jadi Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan

CampusNet – Universitas Indonesia (UI) resmi mengumumkan penggabungan dua sekolah pascasarjana, yaitu Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL). Kedua lembaga tersebut kini dilebur menjadi satu unit baru bernama Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan (SPPB) atau Graduate School of Sustainable Development (GSSD).

Langkah ini diambil sebagai bagian dari transformasi kelembagaan UI untuk memperkuat riset dan pendidikan di bidang pembangunan berkelanjutan, namun keputusan tersebut menuai beragam tanggapan dari kalangan akademik.

SKSG, Kampus Tempat Bahlil Lahadalia Menempuh S3

Sebelum bergabung, SKSG dikenal sebagai salah satu sekolah pascasarjana paling populer di UI, karena fokus pada kajian strategis, kebijakan publik, dan hubungan global. Di sinilah Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyelesaikan studi doktoralnya.

Namun, belakangan SKSG juga menjadi sorotan publik setelah disertasi Bahlil berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia” dipermasalahkan karena dugaan pelanggaran etika akademik.

Dewan Guru Besar UI bahkan menemukan sejumlah kejanggalan, seperti penggunaan data tanpa izin dan proses ujian yang dinilai tak sesuai standar akademik. Kasus ini berujung pada sanksi terhadap promotor dan ko-promotor, meski kemudian sebagian sanksi dibatalkan oleh pengadilan.
Kontroversi ini turut menimbulkan pertanyaan publik soal tata kelola akademik di SKSG — sehingga penggabungan sekolah ini dengan SIL dinilai sebagian pihak sebagai langkah strategis untuk merestorasi reputasi akademik UI.

Alasan Penggabungan SKSG dan SIL

Pihak rektorat UI menjelaskan bahwa penggabungan dilakukan untuk menciptakan unit akademik yang lebih kuat dan multidisiplin. SIL dikenal memiliki kompetensi di bidang ilmu lingkungan, sementara SKSG unggul dalam bidang kebijakan dan strategi global.

Dengan melebur keduanya menjadi SPPB, UI ingin mengintegrasikan dua disiplin besar tersebut menjadi satu kekuatan baru yang fokus pada isu lingkungan, transisi energi, dan pembangunan berkelanjutan.

Langkah ini juga diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara ilmiah, tetapi juga mampu memberikan solusi nyata terhadap tantangan global seperti perubahan iklim dan pembangunan inklusif.

Protes dari Dosen dan Mahasiswa

Di sisi lain, keputusan penggabungan ini memicu reaksi keras dari sebagian dosen dan mahasiswa. Mereka menilai proses pengambilan keputusan dilakukan secara tertutup dan tanpa dialog yang memadai.

  • Mantan Direktur SIL UI, Dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, menyebut komunitas akademik tidak diajak berdiskusi sebelum kebijakan diambil.
  • Mahasiswa magister dan doktor dari SIL juga menyuarakan kekhawatiran soal akreditasi, status ijazah, dan keberlanjutan beasiswa.
  • Forum Mahasiswa Doktoral dan Magister SIL bahkan meminta agar peluncuran sekolah baru ditunda hingga ada kejelasan soal mekanisme transisi dan hak-hak mahasiswa.

UI sendiri menegaskan bahwa seluruh program studi eksisting tetap berjalan, dan status mahasiswa serta akreditasi tidak akan terganggu. Namun, pihak kampus berjanji akan memastikan proses transisi berlangsung secara bertahap dan transparan.

Strategi UI Menuju Kampus Berkelanjutan

Dengan terbentuknya Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan (SPPB), Universitas Indonesia ingin memperkuat posisinya sebagai kampus riset berkelas dunia yang berfokus pada isu keberlanjutan.

SPPB diharapkan menjadi pusat kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta dalam mengembangkan riset kebijakan yang berdampak langsung pada masyarakat. Fokus keilmuan baru ini juga sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi arah pembangunan global.

Kesimpulan

Penggabungan SKSG dan SIL menjadi Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan menandai babak baru bagi UI dalam perjalanan akademiknya. Meski diwarnai protes dan kontroversi, langkah ini berpotensi memperkuat integritas akademik UI sekaligus memperluas kontribusinya terhadap isu pembangunan berkelanjutan.

Namun, keberhasilan transformasi ini bergantung pada keterbukaan kampus dalam mengelola transisi, mendengarkan aspirasi mahasiswa dan dosen, serta memastikan nilai-nilai akademik yang pernah dibangun di SKSG dan SIL tetap terjaga di bawah payung baru Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan UI.

Baca juga: Baru Satu Bulan Menjadi Doktor, Universitas Indonesia Tangguhkan Gelar Bahlil Lahadalia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *