Teddy Picker untuk Mayor Teddy

Teddy Picker

CampusNet –  Dalam dunia yang bergerak cepat, banyak yang berlomba-lomba untuk meraih posisi tinggi tanpa benar-benar memahami konsekuensinya.

They’ve sped up to the point where they provoke

The punchline before they have told the joke,

terkadang orang terburu-buru ingin mencapai sesuatu tanpa memahami maknanya.

Fenomena ini juga terlihat dalam pengangkatan Mayor Teddy. Apakah ini murni berdasarkan kompetensi atau sekadar permainan sistem? Seperti

“The kids all dream of making it, whatever that means,”

Ambisi tanpa arah sering kali membuat orang mengambil peluang tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar pantas.

Kritik terhadap Pemerintahan dan Sistem Seleksi

Bagian lain dari lagu ini, “Let’s have a game on the teddy picker / Not quick enough, can I have it quicker?” mengingatkan pada bagaimana proses seleksi sering kali terkesan terburu-buru. Pemerintah kerap kali lebih fokus pada kecepatan dan pencitraan ketimbang memastikan seseorang benar-benar layak menduduki jabatan tertentu. Apakah pengangkatan Mayor Teddy juga melalui proses yang matang atau sekadar pemilihan yang tergesa-gesa?

Bukan rahasia lagi bahwa sistem pemerintahan kerap memprioritaskan loyalitas politik daripada kompetensi. Figur publik sering kali dipilih bukan karena kapasitas mereka, tetapi karena keterlibatan mereka dalam lingkaran kekuasaan. Hal ini hanya memperkuat ketidakpercayaan publik terhadap kepemimpinan yang ada.

Popularitas vs Kompetensi

Terlepas dari itu, pengangkatan seseorang ke posisi strategis seharusnya mempertimbangkan lebih dari sekadar popularitas. Jika tidak, maka pertanyaan dalam lagu ini pun relevan:

“Who’d want to be men of the people when there’s people like you?”

Pemimpin sejati bukanlah mereka yang hanya mencari sorotan, tetapi yang benar-benar bekerja untuk masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *