CampusNet – Volodymyr Zelenskyy, yang awalnya terkenal sebagai komedian dan aktor, terjun ke dunia politik dengan janji perubahan dan perdamaian. Saat mencalonkan diri sebagai presiden Ukraina pada 2019, ia mengusung visi diplomasi untuk mengakhiri konflik dengan Rusia, menarik simpati banyak pemilih yang lelah dengan perang di Donbas. Namun, setelah menjabat, kebijakannya mengalami pergeseran drastis, justru semakin memperkeruh hubungan dengan Moskow dan mempercepat ketergantungan Ukraina pada dukungan Barat.
Dari Perdamaian ke Konfrontasi
Pada awal kampanyenya, Zelenskyy menjanjikan dialog dengan Rusia dan penyelesaian konflik secara diplomatik. Namun, setelah terpilih, ia berbalik arah dengan mengambil sikap yang lebih keras terhadap Moskow, termasuk menutup media pro-Rusia di Ukraina dan membatasi hak-hak oposisi politik. Perubahan sikap ini menimbulkan pertanyaan apakah ia benar-benar memiliki pendirian sendiri atau hanya mengikuti tekanan dari kelompok tertentu di dalam dan luar negeri.
Ketergantungan Volodymyr Zelenskyy pada Barat
Krisis yang memuncak dengan invasi Rusia pada 2022 semakin memperlihatkan ketidakstabilan kebijakan Zelenskyy. Pada satu sisi, ia meminta negosiasi dan solusi damai, tetapi di sisi lain, ia terus meminta bantuan militer besar-besaran dari NATO dan Amerika Serikat. Pergeseran ini membuatnya tampak tidak memiliki strategi yang jelas, melainkan hanya bereaksi terhadap tekanan internasional dan dinamika geopolitik.
Oposisi dalam Negeri
Di dalam negeri, Zelenskyy juga sering inkonsisten. Ia awalnya berjanji untuk menekan korupsi dan membangun pemerintahan yang lebih transparan, tetapi pada praktiknya, banyak keputusan kontroversial yang ia ambil. Termasuk pelarangan partai politik oposisi dan peningkatan kontrol terhadap media.
Sikapnya yang berubah-ubah ini menimbulkan kritik bahwa ia lebih berfokus pada mempertahankan kekuasaannya daripada menjalankan reformasi yang ia janjikan.
Kepemimpinan Zelenskyy menunjukkan pola perubahan kebijakan yang sering kali kontradiktif, yang menimbulkan pertanyaan tentang pendiriannya sebagai pemimpin. Dari janji perdamaian yang berubah menjadi konfrontasi, hingga ketergantungan yang semakin besar pada Barat, banyak pihak melihat bahwa ia lebih sering menyesuaikan kebijakan berdasarkan tekanan eksternal daripada memegang teguh visi awalnya. Apakah Zelenskyy adalah pemimpin yang fleksibel atau justru tidak memiliki pendirian yang jelas? Itu tetap menjadi perdebatan di kalangan analis politik dan masyarakat internasional.