CampusNet – Merasa stres atau kehilangan motivasi belajar? Olahraga untuk mengatasi depresi bisa jadi jawabannya. Ya, bukan cuma mitos! Olahraga ringan terbukti secara ilmiah membantu pemulihan dari gejala depresi, khususnya pada pelajar dan mahasiswa.
Menurut jurnal BMC Psychiatry (Agustus 2024), sebanyak 12 studi klinis melibatkan 658 partisipan berusia 6 hingga 35 tahun untuk melihat efek olahraga aerobik seperti jalan cepat, jogging, dan lompat tali terhadap depresi.
Hasilnya?
Apa yang ditemukan para peneliti?
Olahraga aerobik berkontribusi signifikan dalam menurunkan gejala depresi, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan fokus belajar. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga untuk mengatasi depresi bukan sekadar klaim, tetapi didukung bukti ilmiah global.
Mengapa Olahraga Efektif untuk Depresi?
Saat kamu berolahraga, tubuh melepaskan endorfin dan dopamin, yaitu hormon yang menciptakan rasa bahagia dan rileks. Inilah yang membantu memperbaiki mood dan menstabilkan emosi, dua hal penting dalam pemulihan depresi.
Selain itu, olahraga untuk mengatasi depresi juga bisa meningkatkan kualitas tidur, memperkuat konsentrasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri yang mana itu adalah aspek penting bagi kehidupan akademik pelajar dan mahasiswa.
Rekomendasi Olahraga Ringan untuk Mahasiswa
Kamu tidak harus langsung lari 5 km setiap hari. Berikut beberapa ide olahraga untuk mengatasi depresi yang ringan dan bisa kamu mulai hari ini:
- Jalan kaki 30 menit keliling lingkungan kampus atau rumah
- Lompat tali 10–15 menit tiap pagi
- Ikuti kelas yoga atau senam ringan di YouTube
- Naik tangga dan jalan ke kelas tanpa kendaraan
Kuncinya ada pada konsistensi, bukan intensitas.
Kesimpulan: Bergerak Demi Kesehatan Mentalmu
Jangan anggap remeh kekuatan gerak. Olahraga untuk mengatasi depresi adalah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar. Apalagi bagi pelajar atau mahasiswa yang sedang kewalahan dengan tugas, skripsi, atau kehidupan sosial.
Dan yang paling penting, kamu bisa mulai sekarang juga, gratis!
Jika gejala depresi terasa berat atau tak kunjung membaik, segera hubungi konselor kampus atau layanan kesehatan mental profesional.
Baca juga: Depresi Karena Skripsi, Kenapa Sebenarnya Hal Ini Bisa Terjadi ?