Apakah DPR dan Institusi Pemerintah Aman untuk Perempuan?

CampusNet – Keamanan dan kenyamanan perempuan di institusi pemerintahan, termasuk DPR, kembali menjadi sorotan setelah sejumlah pernyataan kontroversial muncul dari anggota dewan. Pernyataan seksis, diskriminatif, dan merendahkan perempuan masih sering terdengar dalam sidang resmi, yang seharusnya menjadi tempat perumusan kebijakan yang inklusif.

Baru-baru ini, pernyataan seorang anggota DPR tentang perempuan dalam konteks naturalisasi atlet menuai kecaman. Komentar tersebut tidak hanya merendahkan perempuan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana isu gender masih kurang mendapat perhatian serius di ruang legislatif.

Budaya Patriarki di Institusi Pemerintahan

Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya patriarki masih kuat dalam banyak institusi pemerintahan. Perempuan yang bekerja di lingkungan ini kerap menghadapi hambatan. Mulai dari pelecehan verbal hingga kesulitan meniti karier dalam struktur yang dominan laki-laki.

Beberapa kasus yang pernah mencuat menunjukkan bahwa perempuan di lingkungan pemerintahan tidak selalu merasa aman untuk bersuara, terutama dalam menanggapi isu yang menyangkut hak-hak mereka sendiri. Banyak pernyataan yang mengandung stereotip gender ada tanpa konsekuensi, menciptakan lingkungan yang kurang mendukung kesetaraan.

Upaya Perubahan dan Harapan ke Depan

Meski masih banyak tantangan, beberapa langkah positif telah ada untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi perempuan di institusi pemerintah. Kuota keterwakilan perempuan di parlemen, kebijakan anti-pelecehan, serta gerakan advokasi hak perempuan terus berkembang.

Namun, perubahan tidak bisa hanya bergantung pada regulasi. Perlu ada perubahan budaya dan kesadaran di kalangan pejabat publik agar mereka lebih sensitif terhadap isu gender dan berhenti menggunakan perempuan sebagai objek dalam pernyataan atau kebijakan yang tidak relevan.

Jika institusi pemerintahan benar-benar ingin menjadi tempat yang aman bagi perempuan, maka perlu ada komitmen serius untuk menciptakan ruang yang bebas dari seksisme, pelecehan, dan diskriminasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *