CampusNet – Di setiap kelas kuliah, pasti ada mahasiswa yang selalu aktif berbicara dan bertanya. Namun, biasanya ada juga yang lebih memilih hanya diam, mendengarkan, dan mengamati. Mahasiswa yang jarang berbicara ini sering disebut sebagai quiet student. Lantas, apakah menjadi quiet student merupakan pilihan mereka sendiri, atau justru akibat adanya tekanan sosial?
Apa Itu Quiet Student?
Quiet student adalah mahasiswa yang lebih pasif dalam diskusi kelas, jarang berbicara di depan umum, dan sering memilih untuk diam saat sesi tanya jawab. Bukan berarti mereka tidak paham materi, tetapi ada berbagai alasan di balik sikap tersebut, seperti kepribadian introvert, rasa tidak percaya diri, atau pengalaman buruk sebelumnya.
Namun, di era pendidikan yang menekankan partisipasi aktif, sering kali quiet student dianggap kurang menonjol dibandingkan mahasiswa yang lebih vokal. Hal ini bisa berdampak pada cara dosen atau teman-temannya menilai mereka dalam lingkungan akademik. Biasanya, adanya pengalaman buruk bisa menjadi alasan mengapa seorang mahasiswa memilih untuk diam. Misalnya, jika mereka pernah mengalami cemoohan atau perundungan saat mencoba berbicara di depan umum. Hal seperti ini bisa menimbulkan trauma dan membuat mereka enggan untuk mencoba lagi di masa depan. Selain itu, tekanan sosial dan ekspektasi dari lingkungan akademik yang menuntut partisipasi aktif juga bisa membuat quiet student merasa tertekan dan semakin menarik diri.
Baca juga: Mahasiswa Aktif secara Akademik dan Organisasi
Dampak dan Cara Menghadapinya
Menjadi quiet student tidak selalu negatif, tetapi mahasiswa yang lebih pasif dalam diskusi kelas mungkin kehilangan kesempatan untuk menunjukkan pemahamannya kepada dosen. Kondisi ini bisa berdampak pada penilaian akademik. Oleh karena itu, berikut beberapa dampak yang perlu diperhatikan:
- Kurangnya Kesempatan untuk Dinilai Positif
Dalam beberapa mata kuliah, partisipasi kelas menjadi salah satu faktor penilaian. Mahasiswa yang memiliki sifat pendiam ini bisa saja memiliki pemahaman yang baik, tetapi jika tidak menunjukkan keterlibatan, nilai mereka bisa terdampak. - Sulit Membangun Jaringan dan Relasi
Mahasiswa yang terlalu pasif dalam interaksi sosial bisa kesulitan membangun koneksi dengan dosen, teman sekelas, atau bahkan dalam dunia kerja nanti.
Quiet student bukanlah mahasiswa yang kurang berkualitas atau tidak memiliki kontribusi, melainkan mereka yang membutuhkan lingkungan dan metode yang tepat untuk merasa nyaman dan termotivasi. Oleh karena itu, menghadapi mahasiswa dengan karakter seperti ini di dalam lingkungan akademik membutuhkan pendekatan yang bijaksana, empatik, dan inklusif. Dosen, teman sekelas, dan institusi pendidikan perlu memahami bahwa setiap mahasiswa memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan diri dan berpartisipasi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi dan mendukung quiet student:
- Mulai dengan Langkah Kecil
Jika merasa sulit berbicara di depan kelas, cobalah untuk lebih aktif dalam diskusi kelompok kecil terlebih dahulu. - Manfaatkan Media Tulis
Jika merasa kurang nyaman berbicara langsung, gunakan email atau forum diskusi online untuk menyampaikan pendapat. - Latih Rasa Percaya Diri
Mengikuti organisasi kampus atau kegiatan yang mendorong komunikasi bisa menjadi cara efektif untuk lebih berani berbicara.
Quiet student merupakan fenomena yang cukup umum ditemui di lingkungan kampus. Mereka adalah mahasiswa yang cenderung memilih untuk bersikap pendiam, jarang berbicara di depan umum, dan lebih memilih untuk diam selama sesi diskusi atau tanya jawab. Namun, menjadi mahasiswa yang pendiam sebenarnya bukanlah suatu kesalahan atau kelemahan. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.