CampusNet – Universitas Pembangunan Nasional atau UPN merupakan salah satu universitas yang dulunya di bawah naungan kementerian Pertahanan Republik Indonesia. UPN memiliki tiga cabang yang tersebar di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta.
Meskipun UPN membangun citra yang baik di mata masyarakat, banyak yang menjuluki universitas ini sebagai kampus Backburner. Julukan ini muncul bukan tanpa alasan. Beberapa faktor menjadi penyebab UPN menyandang status tersebut.
Sejarah Singkat Berdirinya UPN
Para pejuang kemerdekaan Indonesia mendirikan sebuah lembaga pendidikan tinggi bernama Akademi Pembangunan Nasional (APN) “Veteran” di Yogyakarta pada tanggal 2 Oktober 1958. Kemudian, lembaga ini ditingkatkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) “Veteran” pada tanggal 30 Juli 1965.
Pada tahun 1965, PTPN “Veteran” memperluas jangkauannya dengan mengintegrasikan beberapa perguruan tinggi lainnya. Universitas Veteran Nasional Surakarta bergabung sebagai cabang Surakarta, sedangkan Akademi Perusahaan Veteran Surabaya menjadi cabang Surabaya.
Selanjutnya, pada tahun 1967, PTPN “Veteran” kembali berkembang dengan menerima akademi-akademi di bawah naungan Lembaga Pendidikan Kader Pembangunan (LPKP) Jakarta, seperti Akademi Tekstil, Akademi Bank, dan Akademi Tatalaksana Pelayaran Niaga “Jos Soedarso”, yang kemudian menjadi cabang Jakarta.
Dengan demikian, PTPN “Veteran” berhasil membangun jaringan pendidikan yang kuat dengan pusatnya di Yogyakarta serta cabang di Surakarta, Surabaya, dan Jakarta.
Penyebab Julukan Backburner
Kata “Backburner” menjadi populer di kalangan generasi Z melalui platform media sosial. Popularitas ini bermula dari lirik lagu terkenal berjudul “Backburner” yang dinyanyikan oleh NIKI. Lagu ini mendeskripsikan perasaan seseorang yang menjadi pilihan kedua atau “cadangan” dalam sebuah hubungan.
Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional tidak memberikan julukan resmi “Backburner” kepada universitas mereka. Julukan ini muncul sebagai lelucon atau julukan informal di media sosial. Banyak mahasiswa UPN yang menghubungkan kata Bukberner ini dengan kehidupan mereka yang telah memilih universitas ini sebagai tempat menimba ilmu.
Calon mahasiswa yang ditolak oleh kampus-kampus favorit mereka, yaitu UI, UGM, Unair, dan UB, memilih universitas ini sebagai opsi kedua.
Julukan “Backburner” yang melekat pada UPN tidak serta merta menurunkan kualitas kampus tersebut. UPN tetap memiliki keunggulan. Hanya saja, beberapa mahasiswa merasa universitas ini adalah pilihan kedua karena tidak berhasil masuk kampus impian.
Menyadari adanya julukan “Backburner”, universitas terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai bidang. Selain itu, juga memiliki berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan belajar dan penelitian.
Meski begitu, julukan ini hanya istilah informal di media sosial dan tidak mencerminkan pandangan semua mahasiswa UPN. Banyak juga yang bangga dan sukses setelah lulus dari universitas ini. Dengan demikian, julukan “Backburner” tidak lagi menjadi penghalang bagi mahasiswa UPN untuk meraih impian mereka.
Baca juga: Mau Kuliah di UIN SGD Bandung? Ini 7 Jalur Masuk yang Harus Kamu Tahu!