CampusNet – Pernah merasa bingung, cemas, atau ragu tentang masa depan di tengah masa kuliah? Kamu tidak sendirian. Quarter-life crisis sangat wajar untuk dialami oleh mahasiswa. Fase ini bisa terasa menakutkan, tapi sebenarnya bisa menjadi momen penting untuk tumbuh dan menemukan arah hidup yang lebih jelas.
Apa Itu Quarter-Life Crisis dan Mengapa Mahasiswa Mengalaminya?
Quarter-life crisis adalah fase ketika seseorang merasa cemas, bingung, atau tidak yakin dengan masa depannya, biasanya terjadi pada rentang usia 20-30 tahun. Bagi mahasiswa, fase ini sering kali dipicu oleh tekanan akademik, tuntutan sosial, serta kekhawatiran tentang karier setelah lulus.
Biasanya, mahasiswa yang mengalami quarter-life crisis sering kali merasa:
- Bingung dengan tujuan hidup dan karier mereka.
- Cemas tentang masa depan dan ketidakpastian setelah lulus.
- Merasa tertinggal dibanding teman sebaya yang sudah memiliki rencana jelas.
- Stres karena ekspektasi tinggi dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Pada era digital, media sosial turut memperparah krisis kesehatan mental, terutama di kalangan mahasiswa. Platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok seringkali menjadi tempat di mana orang-orang memamerkan pencapaian, momen bahagia, dan kesuksesan mereka. Meskipun terlihat menyenangkan, hal ini dapat menciptakan tekanan tersendiri bagi para pengguna, termasuk mahasiswa. Ketika melihat teman-teman atau rekan sebaya yang terlihat ‘lebih berhasil’—baik dalam hal akademik, karir, hubungan, atau gaya hidup—perasaan insecure dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri seringkali muncul.
Selain itu, algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang ‘sempurna’ atau ‘ideal’, seperti foto-foto liburan mewah, pencapaian akademik yang gemilang, atau kehidupan sosial yang aktif. Kemudian hal ini dapat menciptakan quarter-life crisis yang lebih mencekam bagi mahasiswa. Hal ini bisa membuat mereka merasa harus mencapai hal-hal serupa untuk dianggap sukses. Padahal, kesuksesan setiap orang memiliki definisi dan jalannya sendiri. Dampaknya, mahasiswa bisa terjebak dalam siklus negatif.
Cara Mengatasi Kegelisahan dan Ketidakpastian Masa Depan
Meskipun quarter-life crisis adalah hal yang wajar, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapinya:
- Refleksi Diri dan Menentukan Tujuan
Belajar untuk meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang benar-benar menjadi tujuan dalam hidup dan karier. Buat daftar minat, keahlian, dan tujuan jangka pendek serta panjang. - Kurangi Perbandingan dengan Orang Lain
Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada perkembangan dan pencapaian diri sendiri. - Kelola Stres dengan Baik
Berolahraga, meditasi, dan menulis jurnal bisa membantu mengurangi stres. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari teman, mentor, atau profesional jika merasa overwhelmed. - Terbuka pada Berbagai Kemungkinan
Tidak semua hal harus berjalan sesuai rencana. Terkadang, jalan yang tidak terduga justru membawa kesempatan baru. Cobalah berbagai pengalaman, seperti magang, proyek freelance, atau kegiatan organisasi untuk menemukan potensi diri. - Bangun Support System yang Positif
Kelilingi diri dengan orang-orang yang mendukung dan memberikan energi positif. Teman, keluarga, atau komunitas yang sehat bisa menjadi tempat berbagi dan mencari solusi bersama.
Quarter-life crisis bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah fase yang wajar dialami oleh banyak orang, terutama mahasiswa atau mereka yang baru memasuki dunia profesional. Fase ini sering kali memicu perasaan bingung, ragu, dan cemas berlebihan, seperti pertanyaan-pertanyaan besar tentang karir, hubungan, dan tujuan hidup. Namun, justru dengan mengenali, menerima, dan menghadapinya dengan bijak, mahasiswa dapat mengubah fase ini menjadi titik balik menuju pertumbuhan dan kedewasaan.
Selain itu, quarter-life crisis juga bisa menjadi momen untuk belajar menerima ketidakpastian. Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana, dan itu adalah hal yang normal. Dengan belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa sesuai keinginan, mahasiswa dapat mengembangkan ketahanan mental dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan hidup.
Baca juga: Jangan Bingung, Mulai Susun Future Life Plan dari Sekarang!