Misteri Gaya Hidup Digital

digital

CampusNet – “We’re all in the same house but we’re also in other worlds—and it just kind of snuck up on us. I didn’t see it coming.”

Ungkapan Rachel Dretzin dalam film Dokumenter “Growing up Online” oleh Douglas Rushkoff

Saat ini, kita menyadari bahwa manusia sudah merasakan euforia tenggelam dalam lautan kecanggihan  teknologi, interkoneksi antara satu dengan yang lainnya dalam ruang kasat mata dengan intensitas waktu yang tidak terbataskan, kemudian ketika sudah merasakan euforia terkoneksi, kita bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan tanpa Internet lagi.  

Perubahan yang tidak pernah tersadarkan oleh Dretzin terhadap kecanggihan teknologi ini adalah: Digital Life.

McLuhan pada studi penelitiannya tentang media menjelaskan bahwa media adalah perpanjangan dari diri kita sendiri.

Selain itu, McLuhan menjelaskan bahwa esensi teknologi yang berkembang saat ini seperti pelengkap manusia—radio memperluas telinga; telepon memperluas suara; komputer memperluas otak manusia.

Mengingat bahwa media adalah perpanjangan dari diri kita sendiri, teknologi membuat hidup kita lebih mudah. Saat ini manusia cenderung percaya bahwa mereka lebih produktif ketika melakukan banyak hal dengan adanya alat dan sumber daya teknologi.

Fenomena ini merupakan aktivitas multitasking yang saat ini banyak terjadi pada masyarakat modern.

Multitasking: Dilemma Era Digital

Aktivitas multitasking juga erat kaitannya dengan ajang pamer produktivitas kehidupan sehari-hari, mereka yang lebih banyak multitasking sering menjadi trendsetter bagi orang lain karena terlihat lebih produktif, mereka inilah yang menjadi panutan bagi kebanyakan manusia .

Namun, hal berbeda dari Earl Miller, seorang ahli saraf di MIT, menemukan bahwa ketika orang melakukan banyak tugas, mereka kurang efisien dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Hal tersebut terjadi karena otak manusia membutuhkan waktu untuk memfokuskan kembali ketika kita beralih dari satu tugas ke tugas lainnya.

Multitasking memiliki efek negatif pada kemampuan belajar kita

Setiap kali kita menanggapi teks atau memeriksa media sosial, kita mengembangkan rasa pencapaian yang melepaskan dopamin di otak kita. Perilaku ini bisa menjadi adiktif dan sangat kontraproduktif untuk kesehatan otak jika terabaikan bahayanya.

Selain itu, multitasking meningkatkan produksi hormon stress, kortisol, ketika individu membuat kesalahan atau mengambil waktu ekstra untuk memenuhi tugas.

Multitasking: extremely destructive. Bahwa mempelajari informasi baru sambil melakukan banyak tugas berarti mengirimkan informasi ke bagian otak yang salah. Sehingga dapat mengganggu kinerja otak anda.

Sebaiknya anda menghindari aktivitas multitasking dan membatasi gangguan atau noise di gawai digital dengan efektif.

Sumber:

  • Griffin, E. A., Ledbetter, A., & Sparks, G. (2019). A First Look at Communication Theory. McGraw-Hill Education.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *