CampusNet – Retorika merupakan sebuah praktik ber-etika; secara ekspilisit kajian ini dapat memberikan kesan dan penilaian kepada:
- pembicara yang menguasai teknik berkomunikasi kepada khalayak, dan
- pembicara yang sama sekali tidak memiliki kompetensi tersebut.
Pada sebagian kelompok masyarakat, retorika sering di anak-tirikan. Sebagian kelompok lain, menjadikan retorika ke dalam sebuah komoditas, mendambakan retorika sebagai ilmu yang menakjubkan bahkan diterapkan dalam praktik sosial-ekonomi.
Indonesia merupakan negara yang menerapkan retorika secara fundamental. Termaktub dalam Pancasila, sila ke—2; kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ilmu retorika adalah praktik moral: mendengar dan memahami berdasarkan latar belakang dan tujuan. Praktik retorika berusaha menyeimbangkan interaksi sosial pada setiap situasi.
Nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Beradab—tidak beradab; sopan—tidak sopan. Kedua hal ini merupakan isu krusial dari ilmu retorika dan ketimpangannya.
Retorika adalah Seni dalam Berkata
Sadar atau tidak, semua orang menggunakan ilmu retorika, misalnya:
- seorang politikus dapat mempengaruhi suara rakyat,
- pegiat literasi mampu memahamkan kelompok binaan mereka,
- perusahaan menggait target pasar mereka.
Semuanya dilakukan oleh ilmu retorika.
Negara Indonesia tidak akan merdeka kalo tidak dengan kekuatan retorika yang oleh pahlawan agung Bung Karno. Bapak proklamator yang sampai saat ini ingatan tentangnya ada dalam darah—urat nadi bangsa Indonesia.
Retorika adalah seni menggunakan semua sarana persuasi yang tersedia. Lalu, berfokus pada garis besar argumen, ide—organisasi, penggunaan bahasa, dan cara penyampaian di depan umum.
Adapun karakteristik yang mencirikan praktik retoris, seperti:
Pertama, keyakinan bahwa ucapan dapat membedakan antara manusia dengan hewan; hal ini menunjukkan bahwa komunikasi lisan memiliki kekuatan untuk membawa umat manusia keluar dari keberadaannya yang brutal dan membangun komunitas yang lebih bermoral.
Kedua, kekuatan dalam keindahan tata bahasa untuk mempengaruhi individu secara emosional dan menggerakkan mereka untuk bertindak.
Keduanya, sebagai tanda kemunculan gerakan-gerakan dan perjuangan fonumenal. Throwback issue pada demonstrasi Darurat Garuda Biru. Peristiwa tersebut sebagai ilustrasi bahwa ilmu retorika mampu memberikan kekuatan perlawan bangsa Indonesia dalam praktik perlawanan kepada oligarki dan penjahat bangsa.
Olehnya, kutipan Benson sebagai penutup tulisan ini “karena retorika adalah cara berbicara, hal ini selalu kontekstual dan situasional dari waktu ke waktu”.
Referensi tulisan ini ada di tautan berikut.