CampusNet – Pengamat Pendidikan, Bukik Setiawan merespon permintaan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi. Ia meminta agar siswa SMP-SMA di Jabar mempunyai jam belajar Senin-Jumat mulai pukul 06.00 WIB. Lalu, seberapa ideal usulan tersebut?
Menurut Bukik, jam masuk sekolah secara ideal yakni waktu yang selaras dengan kebutuhan belajar dan tumbuh kembang anak. Untuk jenjang SMP-SMA, alangkah baiknya masuk sekolah pukul 07.30-08.00 pagi.
“Terkait jenjang SMP-SMA, pukul 07.30 hingga 08.00 masih dalam batas wajar,” urai Bukik, dikutip detikEdu, Selasa, (3/6/2025).
Perlu Ada Pendekatan yang Berpihak ke Murid
Dibanding mengatur jadwal sekolah, Bukik mengungkap pendidikan Indonesia seharusnya mempunyai pendekatan yang berpihak pada murid. Bukan model pendidikan yang semata-mata hanya mengatur murid.
“Butuh pendekatan berpihak pada murid, tidak hanya mengatur murid,” tegas dia.
Sebab, pendidikan yang baik tidak hanya soal bangun lebih pagi. Tetapi bagaimana sekolah membangkitkan semangat belajar siswa setiap harinya.
Selain itu, Bukik mengungkap ada berbagai hal yang perlu diperhatikan selain pengaturan jam sekolah. Bukik merincikan tiga hal yang perlu diperhatikan, di antaranya, sekolah perlu menyediakan pembelajaran yang relevan dan bermakna.
Lebih lanjut, Pengamat Pendidikan itu mengatakan bahwa guru harus diberi ruang untuk mengelola pembelajaran secara adaptif serta murid harus diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai potensi dan minatnya.
Belum Layak Diterapkan Dalam Skala Nasional
Selain itu, kebijakan wacana yang diusulkan oleh pria yang akrab disapa KDM dinilai Bukik masih belum ideal. Sebab, karakteristik geografis, sosial dan infrastruktur antar daerah di Indonesia sangat berbeda.
“Karakteristik geografis, sosial dan infrastruktur antar daerah sangat berbeda-beda. Di beberapa wilayah akses sekolah saja sudah menjadi tantangan tersendiri,” beber dia.
Lebih lanjut, proses pendidikan antar satu daerah dan daerah lainnya di Indonesia tidak bisa diseragamkan secara jam dan aturan. Ini perlu diperhatikan. Karena, keberhasilan belajar tidak semata-mata berkaitan dengan jadwal.
“Keberhasilan belajar lebih bergantung pada kualitas interaksi dan pembelajaran yang bermakna, bukan semata pada jadwal,” pungkasnya.