Sensasi Berlebih Pada Berita, Inilah Yellow Journalism!

Sensasi Yellow Journalism

CampusNet – Pada era digital yang multi platform seperti sekarang ini, berita atau informasi dapat beredar dengan mudahnya. Arus informasi yang beredar sangat deras, sehingga terkadang sulit untuk mengetahui kebenaran beritanya. 

Contohnya seperti berita dengan headline atau judul yang sangat heboh, sensasional, namun isinya ternyata biasa saja, bahkan isinya cenderung tidak sesuai dengan judul.

Fenomena tersebut dikenal dengan nama “Yellow Journalism” atau “Jurnalisme Kuning”. Apakah yellow journalism tersebut? Yuk kita bahas!

Apa Itu Yellow Journalism?

Yellow journalism atau jurnalisme kuning adalah pemberitaan oleh media yang dilakukan dengan gaya yang sangat sensasional, berlebihan, dan isi berita cenderung kurang akurat. Hal tersebut dilakukan untuk menarik pembaca dan meningkatkan penjualan atau views. Sedangkan, pemberitaan seharusnya bersifat objektif dan faktual berdasarkan data yang tersedia di lapangan.

Istilah yellow journalism muncul pada akhir tahun 1800-an, di New York, akibat persaingan sengit antara William Randolph Hearst yang merupakan penerbit dari New York Journal dan Joseph Pulitzer yang merupakan penerbit New York World. 

Kedua tokoh dan media tersebut terlibat dalam persaingan yang sangat sengit untuk meningkatkan peredaran surat kabar mereka, saling berkompetisi untuk menyajikan berita – berita besar dan mencolok dengan menggunakan judul yang sensasional. 

Rumor yang beredar menyebutkan bahwa istilah yellow journalism berasal dari komik strip yang diilustrasikan oleh Richard Felton Outcault dari The World dengan judul “The Yellow Kid”. Komik strip tersebut menyindir tokoh – tokoh industri, politik, dan masyarakat, dan dianggap sebagai munculnya frasa yellow journalism. 

Karakteristik Yellow Journalism

Yang menjadi karakteristik paling utama dan paling menonjol pada yellow journalism atau jurnalisme kuning adalah penggunaan headline atau judul yang sangat sensasional. Judul berita dibuat sangat mencolok, sehingga dapat menarik minat pembaca. Namun terkadang isi berita yang disampaikan tidak sesuai dengan judul berita.

Idealnya dalam melakukan pemberitaan, dibutuhkan pernyataan dari pihak yang bersangkutan, agar narasumber yang diwawancarai atau ditanyakan memiliki kredibilitas dalam hal menyampaikan informasi. Sedangkan dalam jurnalisme kuning ini, narasumber cenderung tidak kredibel, tidak memiliki keterkaitan khusus atau spesifik terhadap berita. Yang berarti bahwa jurnalis yang melakukan pemberitaan tidak kompeten. 

Minimnya verifikasi data yang dilakukan oleh jurnalis terhadap narasumber juga merupakan bentuk dari jurnalisme kuning, karena verifikasi data penting untuk dilakukan sebelum menerbitkan laporan berita.

Selain itu, pada jurnalisme kuning ini penulis berita cenderung memanipulasi informasi yang disampaikan untuk memainkan emosi para pembacanya.

Pemberitaan yang dilakukan pada jurnalisme kuning ini juga umumnya berfokus pada hal yang receh seperti skandal selebriti, gosip, dan kontroversi murahan yang tidak berdampak signifikan pada masyarakat. 

Kedalaman dan kejelasan informasi dalam berita merupakan hal yang penting. Mengutamakan narasumber yang kredibel, informasi bersifat objektif berdasarkan data yang faktual, melakukan verifikasi data, serta memiliki nilai berita merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika ingin melakukan pemberitaan. Sedangkan jurnalisme kuning ini cenderung abai terhadap seperangkat aturan, etika dan norma tersebut.

Dampak Buruk Yellow Journalism

Dampak buruk dari yellow journalism atau jurnalisme kuning adalah tersebar atau beredarnya informasi yang menyesatkan, sehingga timbulnya kebingungan di tengah masyarakat. Imbas dari tidak patuhnya jurnalis terhadap aturan dan etika dalam melakukan pemberitaan.

Apabila masyarakat bingung terhadap pemberitaan atau berita yang beredar, maka masyarakat akan skeptis terhadap pemberitaan media, sehingga dapat menurunkan tingkat kepercayaan mereka terhadap media. Hal ini sangat berbahaya, dikarenakan media merupakan sumber informasi masyarakat. 

Penulisan berita dengan sensasi yang berlebih dapat memperkeruh suasana, terutama untuk berita yang berkaitan dengan politik dan SARA, sehingga dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Cara Menghindari “Perangkap” Yellow Journalism

Penting bagi kita untuk memiliki literasi media yang baik, agar tidak terjerat dalam perangkap yellow journalism atau jurnalisme kuning ini.

Bacalah berita secara menyeluruh, jangan hanya membaca judul saja. Agar kita bisa melihat kronologi berita dengan jelas, dan mengetahui kedalaman informasi dengan baik. Bandingkan beberapa sumber berita, untuk melihat detail informasi yang disampaikan.

Kita juga perlu mengecek sumber berita tersebut, apakah berasal dari media yang kredibel atau bukan. Apabila media tersebut kredibel, maka dapat dipastikan bahwa berita yang disampaikan akurat dan faktual. Namun apabila media tersebut tidak jelas, maka isi informasi yang disampaikan sangat dipertanyakan. Isi berita merupakan data yang didapatkan dari lapangan secara objektif dan faktual, tidak bercampur dengan opini penulis. Disamping itu, kita juga harus memahami mengenai agenda yang dimiliki oleh media, agar mengerti pembingkaian yang dilakukan oleh media – media tersebut.

Kita harus dapat membedakan mana berita yang bersifat faktual, berdasarkan data atau fakta yang objektif di lapangan, dengan opini penulis. Sehingga kita tidak keliru mengenai isi berita.

Oleh karena itu, kita harus tetap waspada dan kritis terhadap berita yang beredar.

Mari Jadi Pembaca yang Cerdas!

Praktik yellow journalism atau jurnalisme kuning ini memang sangat menarik minat pembaca. Tapi sebagai pembaca, kita harus kritis dan selektif, serta memiliki literasi media yang baik agar tidak terjebak dalam praktik tersebut. 

Sebuah berita harus berisi informasi yang merupakan data yang bersifat faktual dan juga akurat. Didapat dengan bekerja mengikuti pedoman kerja jurnalis, yaitu kode etik jurnalistik. Serta memiliki nilai berita, sehingga berita tersebut layak untuk ditayangkan.

Kita sebagai pembaca yang cerdas berperan dalam mengawasi dan mengkritisi kinerja media, agar media – media tidak melakukan praktik yellow journalism yang dapat merugikan masyarakat.

Oleh karena itu, mari jadi pembaca yang cerdas!

Baca juga: Apa Itu Literasi Media? Berikut Penjelasannya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *