CampusNet – Demonstrasi yang terjadi kemarin kembali menegaskan keresahan publik terhadap kebijakan pemerintah. Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat turun ke jalan untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka, menyoroti berbagai masalah yang terus berulang, termasuk pendidikan. Namun, pertanyaannya: apakah demonstrasi ini sekadar bentuk perlawanan sesaat, ataukah ini cerminan dari kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk masyarakat yang lebih kritis dan solutif?
Pendidikan yang Tidak Efisien dan Akar Masalah
Indonesia telah lama bergulat dengan sistem pendidikan yang tidak efisien. Kurikulum yang sering berubah tanpa evaluasi mendalam, kualitas pengajaran yang tidak merata, serta biaya pendidikan yang semakin mahal menjadi beberapa isu utama. Alih-alih membentuk generasi yang mandiri dan berpikir kritis, sistem ini justru sering kali melahirkan lulusan yang bingung dengan arah masa depan mereka.
Efisiensi dalam pendidikan tidak hanya berbicara soal anggaran, tetapi juga tentang bagaimana pendidikan mampu menjawab kebutuhan zaman. Banyak mahasiswa yang turun ke jalan kemarin adalah produk dari sistem yang tidak memberi mereka kejelasan tentang peran dan masa depan mereka. Ketika kebijakan publik terus mengecewakan, mereka merasa tak punya pilihan selain melakukan perlawanan.
Demonstrasi: Gejala atau Solusi?
Demonstrasi merupakan bentuk ekspresi politik yang sah dan penting dalam negara demokrasi. Namun, apakah aksi ini cukup untuk membawa perubahan? Sejarah menunjukkan bahwa protes bisa menjadi pemicu perubahan besar, tetapi tanpa tindak lanjut yang konkret, demonstrasi hanya akan menjadi siklus berulang tanpa hasil nyata.
Jika sistem pendidikan lebih baik dalam membangun pola pikir kritis dan kemampuan advokasi sejak dini, mahasiswa dan masyarakat tak hanya turun ke jalan dengan tuntutan, tetapi juga membawa solusi. Sayangnya, budaya pendidikan di Indonesia masih banyak berorientasi pada hafalan dan kepatuhan, bukan pemecahan masalah.
Apa yang Harus Dilakukan?
Indonesia butuh reformasi pendidikan yang lebih dari sekadar perubahan kurikulum. Pemerintah harus memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi alat untuk membangun generasi yang lebih mandiri dan solutif. Beberapa langkah antara lain:
- Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan zaman, termasuk keterampilan berpikir kritis, kewirausahaan, dan pemecahan masalah.
- Meningkatkan kualitas pengajar agar lebih adaptif terhadap perkembangan global.
- Memperluas akses pendidikan berkualitas agar tidak hanya untuk kelompok tertentu saja.
- Menciptakan ruang diskusi yang sehat dalam lingkungan akademik, sehingga mahasiswa bisa menyalurkan pemikiran kritisnya tanpa harus selalu turun ke jalan.
Jika tidak ada perubahan yang signifikan, maka pertanyaan “Indonesia gelap atau sudah gelap?” bukan lagi sekadar metafora, melainkan kenyataan yang harus kita hadapi.