Patriarki di Dunia Kerja: Jika Pria yang Melakukan, Tidak Apa-Apa?

Patriarki

CampusNet – Dalam dunia kerja, terdapat standar ganda yang kerap kali tidak sadar tetapi sangat berpengaruh pada dinamika profesional. Banyak kebiasaan atau tindakan yang wajar oleh pria, namun menjadi permasalahan jika oleh wanita. Fenomena ini adalah refleksi dari sistem patriarki yang masih mengakar kuat dalam lingkungan profesional.

Standar Ganda dalam Perilaku Profesional

Di banyak tempat kerja, pria yang bersikap tegas dan ambisius yang beranggapan sebagai pemimpin yang kuat. Sebaliknya, ketika wanita menunjukkan sikap yang sama, mereka mendapat cap sebagai “terlalu agresif” atau “sulit untuk bekerja sama.” Dalam rapat, pria yang berbicara dengan percaya diri akan menjadi terhormat, sementara wanita yang mencoba bersuara lebih banyak sering kali terabaikan atau bahkan terlalu dominan.

Fenomena serupa juga terjadi dalam hal ekspresi emosi. Pria yang marah dianggap sedang menunjukkan passion dan kepemimpinan, sedangkan wanita yang mengekspresikan ketidakpuasannya dianggap emosional atau tidak profesional.

Standar Ganda dalam Melakukan Kesalahan

Di tempat kerja, ketika pria melakukan kesalahan, sering kali menjadi bagian dari proses belajar atau risiko yang wajar dalam pengambilan keputusan. Namun, jika wanita melakukan kesalahan yang sama, konsekuensinya bisa lebih besar. Mereka lebih rentan mendapatkan kritik lebih keras atau tidak kompeten.

Kesalahan pria sering kali termaafkan dengan alasan “ia berani mengambil risiko,” sedangkan wanita yang mengalami kegagalan lebih cenderung beranggapan sebagai tidak siap atau kurang mampu dalam posisi tersebut. Hal ini menciptakan ketakutan berlebih bagi banyak wanita untuk mengambil keputusan besar, karena kesalahan mereka tidak hanya berdampak pada karier pribadi tetapi juga memperkuat stereotip negatif terhadap perempuan di dunia kerja.

Beban Ganda dalam Karier dan Kehidupan Pribadi

Selain itu, dalam urusan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, beban lebih besar sering kali kepada wanita. Jika seorang pria lembur dan menghabiskan banyak waktu di kantor, ia mendapatkan pujian sebagai pekerja keras. Sebaliknya, wanita dalam posisi yang sama, terkatakan mengabaikan keluarga atau tanggung jawab domestiknya. Bahkan dalam hal cuti melahirkan, banyak wanita yang menghadapi stigma dan kehilangan peluang promosi karena kurang berkomitmen terhadap pekerjaan.

Perbedaan dalam Kesempatan Karier

Dalam hal promosi, pria sering kali mendapatkan peluang lebih besar untuk naik jabatan meskipun memiliki kualifikasi yang sama dengan wanita. Alasannya adalah bias bawah sadar yang membuat banyak manajer melihat pria sebagai pemimpin alami, sementara wanita harus membuktikan diri mereka berkali-kali lebih keras untuk mendapatkan pengakuan yang sama.

Di sisi lain, pekerjaan yang melibatkan kepemimpinan dan pengambilan keputusan masih lebih banyak dominasi oleh pria. Sementara wanita lebih sering mendapatkan peran administratif atau tugas-tugas atau sebagai “pendukung.”

Selama patriarki masih mengatur standar di dunia kerja, pria akan terus mendapat keuntungan dari kesalahan mereka, sementara wanita harus berhati-hati dalam setiap langkahnya. Wanita harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapatkan pengakuan yang setara, sementara pria bisa dengan mudah melenggang naik meski melakukan kesalahan. Mungkin, solusi terbaik bagi perempuan bukan hanya bekerja keras, tetapi juga menuntut perubahan sistem yang selama ini hanya berpihak pada satu gender. Lagipula, jika pria bisa gagal dan dimaafkan, mengapa tidak dengan wanita?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *