CampusNet – Tantangan jurnalis dalam mengungkap suatu fakta akan peristiwa ada benarnya terjadi. Meski saat ini informasi tersebar dengan mudah karena akses internet, akan tetapi tetap saja ada tantangan tersendiri bagi jurnalis. Data yang mereka cari haruslah fakta, bukan sebuah opini atau asumsi publik. Lalu sebenarnya apa tantangan yang mereka hadapi ? Simak artikel ini sampai tuntas ya !
Jurnalis Dalam Mengungkap Fakta
Seorang jurnalistik memiliki tugas untuk mengumpulkan data, memproses dan menyiarkan pada publik melalui media masa. Mereka menyampaikan informasi berdasarkan kondisi sebenarnya dan tidak dibuat-buat. Artinya penyampaian informasi bersifat jujur dan terbuka. Namun demikian pada kenyataannya ada salah satu tantangan yang mereka terima, misalnya teror. Kita tahu sendiri, mencari fakta sekarang ini tentu tidaklah mudah. Selain karena banyaknya penyebaran berita hoaks, juga ada beberapa pihak menutupi kebenaran suatu kejadian yang sedang terjadi.
Jurnalis melakukan investigasi secara mendalam misalnya dengan mengunjungi lokasi kejadian atau mewawancarai orang terkait. Jurnalis melaksanakan investigasi secara diam-diam, karena adanya ancaman. Tidak dipungkiri hal semacam ini masih saja terjadi, walaupun sebenarnya mereka memiliki hak untuk meliput dan menyiarkan yang dilindungi oleh undang-undang. Namun tetap saja dalam menyibak kasus besar, mereka menghadapi resiko yang besar. Contoh sederhananya, ketika mengungkap kasus ilegal yang melibatkan seseorang dengan posisi yang mentereng. Ketika berita tersebut terbit, mereka mendapatkan teror berupa ancaman, penganiayaan atau mungkin penghilangan.
Soal Peretasan
Terdapat juga pihak yang mereka media massa para jurnalis. Akhirnya mereka terkendala untuk memberitakan pada publik. Seseorang meretas platform penyiaran hingga lumpuh. Tindakan mereka itu membuat jaringan situs tidak bisa diakses dan merusak plug-in. Akibatnya publikasi tertunda. Serangan siber ini menjadi ancaman di era digitalisasi bagi para jurnalis.
Adanya serangan siber ini secara langsung menjadikan jurnalis merasa cemas. Mereka merasa tidak aman dan terganggu karena mengalami peretasan serta menerima pesan ancaman yang mengusik mental mereka. Hal ini mengartikan bahwa ada pihak yang terganggu dan ingin menutup-nutupi fakta yang sebenarnya terjadi. Entah dari pihak tertentu ataupun masyarakat yang ingin mengancam kebebasan pers karena merasa kepentingan pribadi/kelompoknya terganggu.
Maka sebaiknya di era digital, jurnalis membutuhkan perlindungan dan keamanan yang ketat untuk melakukan peliputan. Terlebih kasus yang masih sulit terkuak faktanya. Jurnalis membutuhkan dukungan publik, kepercayaan masyarakat, dan penegakan kebebasan pers.