Dosen di Indonesia, Bagaimana Realitanya?

dosen, kuliah, kampus, lecturer, college, dosen Indonesia, tenaga pengajar,

CampusNet – Profesi Dosen di Indonesia dipandang sebagai profesi yang menjanjikan dalam segi finansialnya. Hal ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang tidak salah, namun tidak tepat juga. Menjadi seorang dosen memiliki beban kualifikasi dan kerja yang cukup tinggi hingga bisa mencapai posisi finansial yang menjanjikan tersebut. Hingga saat ini, masih banyak dosen yang mengeluhkan upah yang didapatkan tidak sebanding dengan syarat dan beban kerja yang diterima. Salah satu persyaratan untuk menjadi dosen adalah on going atau minimal sedang menempuh pendidikan S3. Tak sedikit yang menjalani perkuliahan S3 sembari mengajar di kampus. Hal ini dilakukan karena beban biaya pendidikan S3 sangat tinggi, baik dalam mauapun luar negeri.

Selain itu, secara berkala seorang dosen harus membuat jurnal ilmiah atau penelitian dan harus dipublikasikan di jurnal-jurnal yang memiliki bereputasi, baik nasional maupun internasional. Hal tersebut membutuhkan dedikasi yang kuat serta biaya yang tidak sedikit, terkadang dosen harus membiayai penelitian dengan kocek pribadi. Setahun belakangan, tagar #JanganJadiDosen sempat menjadi perbincangan banyak orang, khususnya bagi mereka yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Bahkan, sempat ada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para dosen untuk menuntut perbaikan upah dosen serta pencairan tukin (tunjangan kinerja).

Tagar #JanganJadiDosen

Tagar #JanganJadiDosen menjadi gambaran realita yang sebenarnya bagaimana keadaan dosen di Indonesia. Kekecewaan mereka terhadap pemerintah untuk mengatur regulasi tentang upah dosen di Indonesia sangat jelas digambarkan dalam tagar #JanganJadiDosen. Memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk berkarir membutuhkan uang yang tidak sedikit, maka dari itu banyak dosen yang memiliki sidejob. Jika kesejahteraan dosen tidak diperhatikan oleh pemerintah, ada kemungkinan tagar ini akan terus muncul dan profesi dosen semakin tidak diminati.

Efek Jangka Pendek

Seperti sebelumnya sudah dibahas, kesejahteraan dosen sudah sepatutnya diperhatikan oleh pemerintah, khususnya bagi mereka yang baru memulai karir menjadi dosen. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim riset kesejahteraan dosen dari Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA), 42,9% dari 1.200 dosen menerima upah dibawah 3 juta rupiah per bulan. Jumlah tersebut tidak sesuai dengan biaya pengeluaran bulanan yang berkisar 3-10 juta per bulan menurut survei tersebut. Hal tersebut jelas akan berpengaruh terhadap kinerja dosen. Seorang dosen akan mencari sidejob untuk memenuhi kebutuhan. Alhasil, secara fisik akan merasa kelelahan karena harus membagi waktu dengan mengajar. Kemudian, kualitas pengajaran akan ikut menurun karena kelelahan.

Efek Jangka Panjang

Salah satu pertimbangan seseorang untuk memilih karir adalah kejelasan finansial dalam karir yang dipilih. Apabila finansial pada karir tersebut kurang menjanjikan, maka profesi tersebut akan kurang diminati nantinya. Sama seperti karir seorang dosen, generasi sekarang sudah kurang meminati profesi ini karena tuntutan profesi yang sangat tinggi, tetapi kemampuan finansial yang didapatkan dinilai kurang memadai. Jumlah SDM calon dosen akan semakin menurun dan kualitas juga akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kebutuhan dosen tetap tinggi, namun sumber daya berkurang terus. Sehingga, persaingan dalam profesi ini juga berkurang yang mengakibatkan kualitas ikut menurun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *