Live Joged Ramai Cerminkan Sulitnya Cari Kerja di Indonesia

joged

CampusNet – Live joged ramai masih terus ada hingga detik ini. Umumnya mereka melakukan live di aplikasi TikTok. Sebenarnya fenomena ini sah-sah saja, akan tetapi jika didalami lagi ada sebuah pertanyaan yang muncul. Hal ini karena tak hanya dilakukan oleh satu dua akun saja, melainkan banyak akun yang tak terhitung.

Mereka melakukan dengan temannya, keluarga atau bahkan juga ada yang sekampung. Terlebih jika mereka live di jam produktif kerja, misalnya pagi-sore. Walaupun juga banyak yang mengadakan live joged pada malam hari. Apakah kegiatan ini menjadi ladang cuan untuk mereka ? Jika live joged dijadikan penghasilan utama, maka sangat perlu dipertanyakan. Apakah mendapatkan pekerjaan di Indonesia sesulit itu ?

Mari kita kupas bersama-sama dalam artikel ini !

Live Joged Ramai-Ramai

Jika kalian menggunakan aplikasi TikTok, tentu sudah familiar dengan fenomena live joged ramai. Adanya orang yang melakukan live joged beramai-ramai. Mereka bahkan mempunyai pricelist sendiri. Contoh sederhananya ketika seseorang memberikan gift berupa donat, maka mereka akan joged A. Setiap kali penonton memberikan gift, mereka akan menyesuaikannya dengan tantangan joged yang bervariasi.

Penonton sebenarnya mengatakan bahwa joged ramai ini cukup menarik. Selain itu, mereka menganggap sebagai kreativitas karena memiliki beragam gerakan. Penonton memberikan gift, lalu mereka mengumpulkannya dan menukarkannya dengan uang. Live joged ini bisa menjadi salah satu ladang penghasilan mereka. Namun demikian, ada dampak negatifnya juga jika mereka semakin bergantung pada hasil gift live joged ini.

Penyebab Fenomena Ini Terjadi

Kita tidak bisa hanya melihat dari sisi orang yang melakukan live joged saja. Awalnya mungkin mereka melakukan live itu hanya iseng. Namun, banyak orang memberikan gift, sehingga mereka menyadari bahwa mereka bisa mendapatkan uang hanya dengan melakukan live. Pemikiran seperti itu tentu timbul dan bisa saja menyebar ke orang yang lain.

Kalian juga dapat melihat sendiri bagaimana terbatasnya lapangan kerja di negeri kita ini. Di sisi lain juga kualifikasi yang diberikan teramat tinggi. Sebenarnya fenomena ini dapat terjadi karena beberapa hal berikut ini,

  • Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah pencari kerja melebihi jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
  • Persyaratan kerja yang terlalu berlebihan. Bahkan beberapa kali saya temui sendiri pada loker penjaga stand makanan/minuman. Mereka memasang kualifikasi S1, ada tinggi minimal, mau bekerja belasan jam dengan gaji masih ratusan ribu, dan lain sebagainya. Mereka menuntut kualifikasi yang sangat tinggi.
  • Tuntutan kebutuhan hidup. Tidak dipungkiri bahwa negara yang katanya agraris, akan tetapi kebutuhan pangan masyarakatnya belum terpenuhi. Apa-apa serba mahal sekarang. Bahkan ada sebagian orang yang selalu bingung bagaimana mendapatkan uang untuk makan satu hari saja.

Kira-kira itulah beberapa alasan mereka melakukan itu. Jika menyalahkan pemerintah, memang sudah jelas mereka salah. Namun, bagaimana jika kita melihat dari sudut pandang masyarakat tentang fenomena joged sekampung ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *